BMKG Goes to School, Edukasi Kebencanaan dan Ekskursi ke Shelter Muara (MUTSI) di Tapanuli Utara

  • Kholis Nur Cahyo
  • 30 Apr 2024
BMKG Goes to School, Edukasi Kebencanaan dan Ekskursi ke Shelter Muara (MUTSI) di Tapanuli Utara

Deli Serdang, 29 April 2024 - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), melalui Stasiun Geofisika Kelas I Deli Serdang melaksanakan kegiatan edukasi kebencanaan di SMP N 3 Muara, Hutaginjang, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Sekolah, Himren Tambunan, yang menyampaikan apresiasi atas kesediaan BMKG untuk memberikan edukasi langsung kepada siswa terkait bencana Gempa Bumi dan tsunami.

Kegiatan ini menjadi bagian dari tiga muatan lokal di SMP Negeri 3 Muara, yang mencakup Kearifan Lokal aksara Batak, hospitality, dan mitigasi bencana. Tim BMKG diundang untuk memberikan edukasi tentang mitigasi bencana kepada siswa dan guru SMP Negeri 3 Muara.

Tim Geofisika Deli Serdang, yang diwakili oleh Alexander Parera, menyatakan bahwa kegiatan BMKG Goes to School (BGTS) 2024 ini telah dipersiapkan dengan matang dan menjadi salah satu kegiatan wajib dari Stasiun Geofisika Deli Serdang. BGTS diikuti oleh 101 pelajar dan 4 guru pendamping dari SMP N 3 Muara, Tapanuli Utara.

Tujuan dari kegiatan BGTS adalah meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama generasi muda, tentang potensi bencana gempa bumi di wilayah Tapanuli Utara dan Sumatera Utara. Melalui kegiatan ini, Stasiun Geofisika Deli Serdang memberikan edukasi tentang cara-cara mitigasi bencana gempa bumi, termasuk pemaparan mengenai shelter gempa bumi dan peralatan di dalamnya seperti seismograf.

Penjelasan tentang shelter ini penting karena salah satu shelter yang menjadi tanggung jawab BMKG Geofisika Deli Serdang berada di lingkungan sekolah SMP Negeri 3 Muara. Diharapkan dengan edukasi ini, siswa dapat turut peduli dan menjaga lingkungan sekitar shelter.

"Pemaparan materi dilakukan secara interaktif dan menyenangkan agar peserta dapat memahami materi dengan baik dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab agar peserta dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam," ujar Alexander.

Cara-cara mitigasi bencana gempa bumi sebelum, saat, dan setelah gempa bumi juga dijelaskan pada BGTS yang merupakan upaya BMKG untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda, tentang kebencanaan. Kegiatan ditutup dengan simulasi penyelamatan diri saat terjadi bencana gempa bumi, yang diikuti dengan antusias oleh siswa. Adanya pelatihan evakuasi mandiri secara rutin diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya korban jiwa dan kerugian materi saat terjadi bencana. (knc)

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024