Wujudkan Masyarakat Tangguh Hadapi Ancaman Gempabumi dan Tsunami di Sabang, Stageof Aceh Besar Gelar Sekolah Lapang Gempabumi-Komunitas Siaga Tsunami

  • Ibrahim
  • 27 Jul 2022
Wujudkan Masyarakat Tangguh Hadapi Ancaman Gempabumi dan Tsunami di Sabang, Stageof Aceh Besar Gelar Sekolah Lapang Gempabumi-Komunitas Siaga Tsunami

Sabang - Stasiun Geofisika Aceh Besar menggelar Sekolah Lapang Gempabumi-Tsunami Ready yang berlangsung di Kota Sabang pada Selasa, (27/07). Dalam sambutannya, Darmawan selaku Kepala Balai MKG Wilayah I menjelaskan bahwa BMKG merupakan lembaga yang terlibat dalam manajemen bencana pada sektor hulu hingga hilir mulai dari pengamatan, pengolahan penyampaian informasi MKG sampai ke elemen masyarakat terkecil.

Mengingat letak geografis Indonesia yang memiliki kerawanan terhadap gempabumi dan tsunami serta bencana hidrometeorologis, kita semua, tidak hanya masyarakat Kota Sabang, akan tetapi seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya, dituntut untuk selalu siap siaga menghadapi potensi kerawanan tersebut.

Sekolah Lapang Gempabumi ini merupakan salah satu ikhtiar kita untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah sekaligus membangun sikap tanggap gempabumi dan tsunami bagi masyarakat untuk mewujudkan masyarakat siaga gempabumi dan tsunami di Kota Sabang.

Pada kesempatan yang sama, Walikota Sabang yang diwakilkan oleh Asisten Ekonomi Pembangunan Sekretaris Daerah Kota Sabang, Faisal Azwar, ST, MT, yang hadir untuk membuka kegiatan tersebut menyampaikan apresiasinya kepada BMKG yang telah bekerjasama dengan Pemerintah Kota Sabang untuk melaksanakan Sekolah Lapang Gempabumi - Tsunami ready di Kota Sabang. Faisal Azwar meminta seluruh peserta memanfaatkan kesempatan mengikuti kegiatan tersebut sebagai momen untuk meningkatkan kesiapsiagaan pemerintah daerah Kota Sabang.

"Saya berharap seluruh peserta dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik demi tercapainya tujuan dari kegiatan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat Kota Sabang dalam membangun kesiapsiagaan terhadap bencana gempabumi dan tsunami" seruan Faisal pada momen tersebut.

Kegiatan SLG-TR Sabang 2022 ini juga dihadiri oleh Anggota Komisi V DPR RI, H. Irmawan, S.Sos, MM secara daring. Dalam sambutannya beliau mengapresiasi kegiatan SLG-TR yang diadakan di Kota Sabang mengingat wilayah Aceh dalam hal ini Sabang merupakan wilayah aktif gempabumi. Besar harapan beliau kegiatan ini terus dilaksanakan di wilayah lain di Provinsi Aceh. "Saya berharap kegiatan SLG-TR dapat dilaksanakan di Kota Kabupaten lainnya di Aceh agar dpt meningkatkan kapasitasnya dalam hal kejadian gempabumi" - ungkap H. Irmawan.

Tommy, PMG Muda Stasiun Geofisika Aceh Besar mengingatkan, Kota Sabang dalam 10 tahun terakhir telah mengalami beberapa kejadian gempabumi, salah satunya gempabumi merusak yang terjadi tahun 2020 dengan kekuatan M 4,9. Dampak guncangan yang diakibatkan oleh gempa tersebut yaitu 1 unit ruko rusak berat, 4 unit ruko rusak sedang, 2 unit rumah rusak ringan, serta 1 TPI rusak ringan. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian gempa tersebut. Selain itu, pada tahun 2004, Tsunami yang bersumber dari Patahan Andaman juga telah berdampak pada pesisir Sabang, sehinnga perlu juga diwaspadai oleh masyarakat Kota Sabang.

"Kegiatan SLG-TR di Kota Sabang dilaksanakan selama 2 (dua) hari yaitu pada 27-28 Juli 2022 dengan diikuti oleh 45 peserta, yang terdiri atas unsur BPBD, TNI-POLRI, Media, SKPD terkait, Masyarakat, PMI, dan Sekolah. Kegiatan ini memfokuskan kepada rencana pembentukan Komunitas Siaga Tsunami di Desa/Gampong Kuta Ateuh dan Desa/Gampong Kuta Barat pada Kecamatan Sukakarya, Sabang". Ungkap Andi Azhar Rusdin, Kepala Stasiun Geofisika Aceh Besar dalam laporan yang disampaikannya pada kegiatan tersebut.

Pada kegiatan ini seluruh peserta mendapatkan edukasi terkait potensi kegempaan dan tsunami di wilayah Kota Sabang, serta upaya kesiapsiagaan menghadapinya. SLG-TR juga menjadi momen untuk mewujudkan masyarakat siaga tsunami berdasarkan 12 indikator yang ditetapkan oleh IOC-UNESCO. Untuk itu BMKG telah menyusun Peta Bahaya Tsunami dan Peta Jalur Evakuasi Tsunami untuk wilayah Gampong Kuta Ateuh dan Gampong Kuta Barat, Kecamatan Sukakarya, yang merupakan wilayah dampingan calon masyarakat siaga tsunami.

Terwujudnya Masyarakat Siaga Gempa dan Tsunami di Kecamatan Sukakarya Kota Sabang sangatlah bernilai strategis. Dalam hal ini selain merupakan upaya untuk mengurangi risiko bencana, juga untuk meningkatkan kepercayaan dan minat para wisatawan maupun dunia usaha untuk semakin mengembangkan wilayah Kota Sabang dengan pembangunan yang berbasis mitigasi bencana.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024