Workshop Survey Kepuasan Masyarakat

  • Rachmat Hidayat
  • 30 Okt 2019
Workshop Survey Kepuasan Masyarakat

Jakarta - Selasa (29/10), Sekretaris Utama BMKG Dwi Budi Sutrisno Membuka secara resmi Workshop Survey Kepuasan Masyarakat Tahun 2019, sebanyak 33 peserta yang berasal dari KUPT di lingkungan Balai I - V BMKG mengikuti Workshop yang di gelar selama 3 hari kedepan di Lotus Room Hotel Holiday Inn.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Meteorologi Publik adalah dalam rangka peningkatan kualitas mutu pelayanan BMKG sehingga diperlukan penilaian mengenai kualitas pelayanan publik dan tingkat kinerja unit pelayanan yang telah dilaksanakan di 33 provinsi di seluruh UPT BMKG, dengan tujuan :

  1. Terukurnya Kepuasan masyarakat para pengguna jasa dan informasi BMKG
  2. Terpetakannya kinerja pelayanan publik yang telah dilaksanakan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis
  3. Teridentifikasinya harapan masyarakan akan pelayanan publik BMKG
  4. Terpetakannya kelemahan dan kekurangan dari masing-masing Unit Pelayanan Publik dalam hal ini UPT
  5. Sebagai bahan dalam penetapan kebijakan terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui pencapaian indicator makro Rencana Strategis (Renstra) BMKG
  6. Sebagai ukuran dasar dalam menilai penilaian pencapaian kinerja pelayanan pada tahun berjalan dan tahun berikutnya.

Target/sasaran Workshop Survei Kepuasan Masyarakat adalah :

  1. Tersedianya Hasil Survei Masyarakat sebagai bahan acuan dasar dalam upaya perbaikan kualitas pelayanan publik
  2. Tersedianya hasil survei harapan masyarakat akan pelayanan publik BMKG
  3. Diperolehnya Nilai Kepuasan Masyarakat dan nilai harapan masyarakat

Dalam arahannya Dwi Budi Sutrisno menyampaikan bahwa Survey Kepuasan Masyarakat itu sangat penting karena hasilnya menjadi salah satu capaian indikator kinerja utama BMKG. "oleh karena itu diharapkan bisa membuat inovasi-inovasi yang menjadi demand atau tuntutan masyarakat kedepannya,".

Perkembangan BMKG saat ini, menurutnya dari tahun ke tahun mengalami lompatan-lompatan yang sangat besar, terlebih pemerintah memberi perhatian yang serius sehingga menunjukan bahwa BMKG merupakan lembaga vital yang sangat berpengaruh dalam kehidupan berbangsa. "Saya mengapresiasi semangat rekan-rekan di BMKG dalam pemanfaatan teknologi", sambungnya.

Apa-apa yang sudah diamanahkan dan dipercayakan rakyat atau pemerintah kepada BMKG, bagaimana menjawabnya untuk mendapatkan suatu kepuasan masyarakat yang lebih baik, saya berharap rekan-rekan bisa menjawab hal itu? Tutup dwi

Kegiatan Workshop Survey Kepuasan Masyarakat Tahun 2019 juga dihadiri Pejabat Eselon II, III dan IV di lingkungan BMKG Pusat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024