Universitas Panca Bakti Pontianak sepakati Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama

  • Rozar Putratama
  • 09 Des 2022
Universitas Panca Bakti Pontianak sepakati Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama

[Pontianak - 8 Desember 2022] Kisah kesuksesan kiprah Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat pada kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dan berbagai inovasinya mendorong jajaran pimpinan civitas akademik Universitas Panca Bakti (UPB) Pontianak untuk menyepakati Nota Kesepahaman dengan BMKG dan Perjanjian Kerja Sama dengan Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat.

Penandatangan ini dilaksanakan di Pontianak pada tanggal 8 Desember 2022 di Universitas Panca Bakti (UPB) Pontianak oleh Plt Deputi Klimatologi BMKG(Dodo Gunawan), Kepala Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat (Luhur Tri Uji Prayitno), Wakil Rektor UPB (Agusalim Masulili), dan Dekan Fakultas Pertanian UPB (Agus Suyanto).

Nota Kesepahaman BMKG-UPB, BMKG sebagai Pihak Kesatu turut berperan aktif dalam mendukung pengabdian kepada masyarakat salah satunya melalui pendidikan, juga terus mengupayakan secara nyata pada pemanfaatan dan penyebarluasan informasi meteorologi-klimatologi-geofisika melalui studi dan publikasi, serta pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. UPB Pontianak sebagai Pihak Kedua berupaya melaksanakan salah satu kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang mana mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BMKG-UPB memberikan manfaat untuk masing-masing pihak terutama di era interdisiplin ilmu, serta berkembangnya upaya peningkatan kualitas kinerja lembaga-lembaga pemerintahan hingga pendidikan.

Perjanjian Kerja Sama UPB-Staklim Kalbar, Fakultas Pertanian UPB sebagai Pihak Kesatu melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kemudian mengupayakan mahasiswanya untuk mendapatkan pendidikan formal dan non formal, memberikan jalan untuk melaksanakan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka melalui kegiatan magang dan penyelesaian tugas akhir di kantor Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat (Pihak Kedua).

Serta, mengupayakan memberikan pemahaman di bidang klimatologi melalui kegiatan sosialisasi/ seminar/ workshop/ lokakarya yang baik dari Pihak Kedua. Adapun Pihak Kedua juga dapat mengupayakan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat, yaitu Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang bekerja sama dengan UPB.

Kedua belah pihak memiliki berbagai hak dan kewajibannya masing-masing yang telat disuratkan melalui dokumen PKS nomor 1288/UPB.III/E.04/2022 & HM.02.03/094/KMPW/XII/2022, yang mana mendukung upaya pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing pihak secara optimal.

Komitmen Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat yang didukung penuh oleh BMKG untuk melaksanakan pengabdian masyarakat menjadi semakin kuat untuk melayani Mitra Iklim Kalbar di berbagai sektor. Tidak hanya sektor pertanian dan kebencanaan, tetapi juga sektor pendidikan. Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat terus berupaya mengabdi kepada masyarakat melalui kebermanfaatan layanan dan informasi iklim.

 

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024