Ubah Pola Pikir Nelayan dari Mencari Ikan menjadi Menangkap Ikan, Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Gelar SLCN Sulawesi Utara 2022

  • HB Risya
  • 01 Jul 2022
Ubah Pola Pikir Nelayan dari Mencari Ikan menjadi Menangkap Ikan, Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Gelar SLCN Sulawesi Utara 2022

Bitung - Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Bitung menggelar kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2022 di Aula Kantor Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Bitung, Selasa (28/06), dengan mengusung tema "Nelayan Aman di Lao Deng Dorang Pe Hasil Kalo Tambah Nae Lantaran Tau Info Cuaca dari BMKG" yang artinya, nelayan aman di laut, hasil tangkapan bertambah karena tau info cuaca dari BMKG.

Dalam sambutan pembukaan acara SLCN ini, Kepala Stasiun Maritim Klas II Bitung Andi Cahyadi S.E., S.Si., M.Si. menyampaikan bahwa tujuan penyelenggaraan kegiatan SLCN di Provinsi Sulawesi Utara ini adalah karena tingginya potensi hasil tangkapan laut dan di wilayah Sulawesi Utara, oleh karena itu penting untuk memberikan pemahaman kepada Nelayan, Operator Pelabuhan, Penyuluh Perikanan dan Mitra Kerja Maritim BMKG tentang Pentingnya Informasi Cuaca Maritim BMKG bagi aktivitas di laut. SLCN ini juga merupakan wujud kerja sama pentahelix antara BMKG dengan Mitra kerja, Swasta, Akademisi dan Masyarakat.

Kegiatan SLCN tahun ini dihadiri oleh Walikota Bitung Ir. Maurits Mantiri, M.M yang sekaligus memberikan sambutan pembukaan acara secara langsung, juga dihadiri oleh Koordinator BMKG Provinsi Sulawesi Utara Tony Agus Wijaya, S.Si., Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Utara Dr. Ir. Tienneke Adam, M.SI., Kepala Badan SAR Nasional Monce Brury S.IP., dan Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Andi Cahyadi, S.E., S.Si., M.Si. Kegiatan ini diikuti oleh 100 orang peserta, yang terdiri dari Kelompok Nelayan, HNSI, SAR, BPBD, Batalyon Marinir, VTS, KSOP, Pemilik kapal dan operator PPS, SROP, penyuluh perikanan tangkap, serta akademisi yang berasal dari kab/kota di Provinsi Sulawesi Utara.

Dalam sambutan pembukaan Walikota Bitung menyampaikan rasa bangganya atas dipilihnya Kota Bitung sebagai penyelenggara kegiatan SLCN. Pada kegiatan SLCN ini sekaligus dilakukan Penandatanganan Kerja Sama (PKS) dengan Politeknik Pelayaran Sulawesi Utara serta Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan Pendidikan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang meteorologi maritim, dan melakukan pengembangan kerja sama pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang meteorologi maritim.

Pembawa materi dalam kegiatan SLCN ini berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan oleh Jesta M. Saruan, S.Pi., serta dari Pusat Meteorologi Maritim BMKG oleh Rismanto Effendi, S.Si, M.Si. Selanjutnya, juga dilakukan kegiatan lain meliputi Pre dan Post Test, Pengenalan Produk produk Layanan Informasi Cuaca Maritim BMKG, Pengenalan Peralatan BMKG, Pengenalan Proses Diseminasi Informasi Cuaca Maritim BMKG, dan Mitigasi Bencana di Laut.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024