Tingkatkan Pemahaman Informasi Cuaca dan Iklim bagi Petani, BMKG Gelar Sekolah Lapang Iklim Tahun 2022 di Kabupaten Indramayu

  • Ibrahim
  • 27 Jul 2022
Tingkatkan Pemahaman Informasi Cuaca dan Iklim bagi Petani, BMKG Gelar Sekolah Lapang Iklim Tahun 2022 di Kabupaten Indramayu

INDRAMAYU (26 Juli 2022) - Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani terkait variabilitas iklim yang mempengaruhi produktivitas panen, BMKG melalui Stasiun Klimatologi Bogor, mengadakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional Jawa Barat Tahun 2022 di Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, dengan mengangkat tema "Peningkatan Pemahaman Petani Terhadap Informasi Cuaca dan Iklim Untuk Mendukung Ketahanan Pangan".

Kegiatan SLI di Kabupaten Indramayu ini, dilaksanakan selama satu hari pada tanggal 26 Juli 2022, dan diikuti oleh 50 orang peserta. Para peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, terdiri dari kelompok tani, PPL, dan POPT yang tersebar di 5 kecamatan di Kabupaten Indramayu, yaitu Kecamatan Jayalaksana, Kecamatan Silyeg, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Rajaiyang, dan Kecamatan Bunder.

Pembukaan SLI Operasional Jawa Barat di Kabupaten Indramayu tersebut, dilakukan secara hybrid, yang dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai instansi. Acara dibuka dengan laporan kegiatan SLI Operasional 2022, yang disampaikan Indra Gustari selaku Kepala Stasiun Klimatologi Bogor. Dalam laporannya, beliau menyampaikan bahwasanya petani sebagai produsen pangan yang utama, menjadi salah satu kelompok paling rentan yang terdampak akibat perubahan iklim yang ekstrim.

"Petani sebagai produsen pangan utama menjadi salah satu kelompok paling rentan yang terdampak akibat iklim ekstrim dan perubahan iklim. Hal ini menuntut kesiapsiagaan kita, baik kami dari BMKG dengan informasi peringatan dini iklim ekstrim, juga dari Bapak/ Ibu para petugas lapang dan penyuluh pertanian, yang langsung bersentuhan dengan masyarakat petani dalam mendukung strategi untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan di Indonesia", tutur Indawansani.

Indawansani juga menyampaikan bahwa SLI menjadi bentuk upaya nyata dalam meliterasi para petani untuk dapat meningkatkan pemahaman mengenai informasi iklim dan kesiapsiagaan masyarakat.

"Sebagai wujud nyata dalam upaya literasi dan advokasi kepada masyarakat, sejak tahun 2011, BMKG telah melakukan antisipasi dampak perubahan iklim, khususnya terhadap sektor pertanian, melalui program Sekolah Lapang Iklim (SLI), dengan secara berkelanjutan memberikan literasi dan advokasi iklim bagi para petani dan penyuluh petani, sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman informasi iklim serta meningkatkan kesadaran publik dan kesiapsiagaan masyarakat, khususnya petani dan petugas Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), dalam beradaptasi terhadapa dampak perubahan iklim", lanjut Indawansani.

Selain laporan kegiatan yang disampaikan oleh Ketua Pelaksana, acara pembukaan juga diisi dengan sambutan yang disampaikan oleh Anggota DPR RI Komisi V, Bambang Hermanto dan Indra Gustari selaku Kepala Stasiun Klimatologi Bogor, yang sekaligus membuka kegiatan SLI di Kabupaten Indramayu pada hari itu.

Setelah resmi dibuka, kegiatan SLI kemudian dilanjutkan dengan materi yang disampaikan kepada peserta oleh para narasumber dari Stasiun Klimatologi Jawa Barat. Materi-materi yang disampaikan diantaranya membahas mengenai pengenalan alat ukur cuaca dan iklim, pengenalan informasi iklim, dan pengenalan perubahan informasi iklim dan cuaca ekstrim.

BMKG berharap, melalui materi dan seluruh rangkaian kegiatan yang ada dalam Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Kabupaten Indramayu ini, menjadi upaya yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan masyarakat, khususnya para petani dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim serta dapat meminimalisir dampak kehilangan hasil produksi.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024