Berikan Pemahaman Gempabumi dan Tsunami, Stasiun Geofisika Ternate Adakan BMKG Goes to School di Halmahera Barat

  • Kholis Nur Cahyo
  • 06 Mar 2023
Berikan Pemahaman Gempabumi dan Tsunami, Stasiun Geofisika Ternate Adakan BMKG Goes to School di Halmahera Barat

Halmahera Barat (01 Maret 2023) - BMKG Stasiun Geofisika Ternate melaksanakan BMKG Goes To School di 2 sekolah, yaitu di SMA Kristen Dian Halmahera dan SMA Oikumene Mahanaim. Kegiatan ini dilakukan dan mendapat dukungan bersama Komisi V DPR-RI Irine Yusiana Roba Putri, S.Sos., Mcomn&MediaSt.

Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIT yang dilaksanankan di SMA Kristen Dian Halmahera. Peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 113 siswa serta didampingi oleh beberapa guru pengajar. Kegiatan diawali oleh sambutan oleh Kepala Sekolah SMA Kristen Dian Halmahera, Bapak Julius Alfin Marwa, S.Pd serta Koordinator Sahabat Irine sebagai perwakilan Ibu Irine, dan sambutan terakhir dari Kepala Stasiun Geofisika Ternate Bapak Andri Wijaya Bidang S.Si., M.Si. Selanjutnya pemaparan materi yang diberikan oleh Bayu Merdeka TFN kepada peserta BMKG Goes To School. Materi yang diberikan ialah antara lain pengertian gempabumi dan tsunami, potensi gempabumi dan tsunami di Maluku Utara dan diperkenalkan cara langkah awal mitigasi bencana dalam bentuk menyelamatkan diri dengan metode "drop cover and hold" dan evakuasi menuju tempat yang aman. Acara selanjutnya ialah simulasi gempabumi yang diikuti oleh seluruh peserta yang dituntun langsung oleh tim Stasiun Geofisika Ternate. Kegiatan simulasi ini bertujuan dalam melatih peserta (siswa/siswi) supaya mengetahui apa saja yang perlu dilakukan ketika bencana gempabumi sewaktu-waktu terjadi sehingga dampak bencana dapat diminimalisir. Setelah itu terdapat sesi diskusi dan kuis bagi peserta dan ditutup dengan pembagian hadiah tas siaga bencana oleh Kepala Stasiun Geofisika ke pihak sekolah dan peserta.

Selanjutnya kegiatan sosialisasi dilanjutkan di SMA Oikumene Mahanaim sekitar pukul 11.30 WIT. Tim BMKG Stasiun Geofisika Ternate disambut oleh Kepala Sekolah SMA Oikumene Mahanaim, Bapak Hendrik Steven Karwur, S.Pd. Peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 25 siswa serta didampingi oleh beberapa guru pengajar. Kegiatan dimulai diawali oleh sambutan Kepala Sekolah, dan koordinator Sahabat Irine, serta ditutup oleh sambutan Kepala Stasiun Geofisika Ternate. Dilanjutkan oleh pemaparan materi yang diberikan oleh Bayu Merdeka TFN tentang pengertian gempabumi maupun tsunami dan bagaimana memitigasinya. Kegiatan selanjutnya diikuti dengan simulasi atau praktek apabila terjadi gempabumi dengan diperkenalkan cara langkah awal mitigasi bencana dalam bentuk menyelamatkan diri dengan metode "drop cover and hold" dan evakuasi menuju tempat yang aman. Setelah itu terdapat sesi diskusi dan kuis bagi peserta dan ditutup dengan pembagian hadiah tas siaga bencana oleh Kepala Stasiun Geofisika ke pihak sekolah dan peserta dan diakhiri dengan foto bersama.

Kepala Sekolah maupun pihak sekolah SMA Kristen Dian Halmahera maupun SMA Oikumene Mahanaim sangat mengapresiasi kegiatan ini karena dapat melatih guru dan siswa agar tanggap bencana Tsunami. Harapannya supaya siswa/siswi dapat mengetahui mitigasi bencana gempabumi maupun tsunami dan menjadi agen perubahan dengan menularkan informasi dan pengetahuannya di lingkungannya kelak nanti. Tidak lupa testimoni dari perwakilan dari siswa/siswi yang menilai acara ini sangat bermanfaat dan diharapkan dapat diterapkan pada teman teman lainnya.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024