Tingkatkan Kualitas, Kedeputian Inskalrekjarkom Gelar Kaji Ulang Manajemen Terpadu 2019

  • Ibrahim
  • 28 Feb 2020
Tingkatkan Kualitas, Kedeputian Inskalrekjarkom Gelar Kaji Ulang Manajemen Terpadu 2019

Tangerang, (25/2) - Kedeputian Bidang, Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi menggelar kegiatan Kaji Ulang Manajemen Terpadu Tahun 2019 di Swiss Belhotel Airport. Kegiatan ini mengusung tema "INOVASI KALIBRASI BERSTANDAR ISO/IEC 17025 : 2017 MENUJU BMKG BERKELAS DUNIA" dan diikuti oleh 30 peserta. Terdiri dari 10 orang peserta dari BMKG Pusat dan 15 orang peserta dari BBMKG Wilayah I-V, dan 5 orang Staf Sub Bidang Kalibrasi Peralatan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dalam kesempatan ini juga hadir Kepala Pusat Jaringan Komunikasi Gregorius Setyadhi Budhi Dharmawan, SE, M.T., Kepala Pusat Database Ir. Edward Trihadi, M.SEM dan Ketua Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dr. I Nyoman Sukanta S.Si., MT.

Acara diawali dengan pembacaan laporan kegiatan oleh Kepala Bidang Instrumentasi, Kalibrasi dan Rekayasa Peralatan Geofisika dan juga selaku penanggung jawab kegiatan, Yohanes Tasar, S.Si, MM. Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa kegiatan Kaji Ulang Manajemen Terpadu dan Sosialisasi SNI ISO/IEC 17025:2017 memiliki tujuan, yaitu: mengevaluasi hasil sasaran mutu yang direncanakan pada tahun 2018, merencanakan kegiatan laboratorium termasuk kegiatan kalibrasi lapang.

Untuk diketahui bahwa Laboratorium Kalibrasi BMKG telah mempertahankan akreditasi sejak 2012, dan pada 2020 ini adalah periode kedua dalam rentang 2016-2020. Acara dilanjutkan dengan sambutan Deputi Inskalrekjarkom Deputi Bidang, Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi, Dr. Widada Sulistya, DEA. Dalam sambutannya beliau mengingatkan tentang performa kinerja laboratorium Kalibrasi BMKG, bahwa BMKG saat ini mengarah kepada Revolusi Industri 5.0. Oleh karena itu, BMKG wajib diperkuat dengan dukungan Performa Kinerja Laboratorium Kalibrasi BMKG, Kesiapa re-akreditasi, Kesiapan Kalibrasi lapang MKG, Sertifikasi Taruna STMKG, dan Implementasi Aplikasi Online untuk Layanan PTSP dan SIMPEL.

Sehingga penerapan dari sebuah standar acuan baru SNI ISO / IEC 17025: 2017 dinilai sangat penting, karena merupakan Komitmen kita bersama untuk terus berinovasi dalam memajukan Indonesia hingga ke tingkat dunia melalui BMKG, dengan semangat tinggi dalam memberikan pelayanan informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika secara cepat, tepat akurat, luas dan mudah dipahami. Kegiatan Kaji Ulang Manajemen Terpadu diselenggarakan selama dua hari pada tanggal 25-26 Februari 2020 di Ruang Rapat Bumi Swiss Belhotel Airport.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024