Anggota Komisi V DPR RI membuka perhelatan SLG Sibolga yang diadakan Stasiun Geofisika Kelas I Deli Serdang

  • Rachmat Hidayat
  • 01 Jul 2022
Anggota Komisi V DPR RI membuka perhelatan SLG Sibolga yang diadakan Stasiun Geofisika Kelas I Deli Serdang

Provinsi Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Sibolga pada khususnya merupakan salah satu wilayah yang rawan gempabumi dan tsunami. Gempabumi yang terjadi di wilayah ini, selain dipicu oleh aktivitas subduksi, juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas sesar Sumatra segmen Toru.

Di Kota Sibolga bagian pesisir terdapat beberapa objek wisata yang membuat tingkat risiko terhadap bencana khususnya gempabumi dan tsunami menjadi tinggi. Namun demikian tingkat risiko tsunami tersebut dapat dikurangi dengan meningkatkan kapasitas pencegahan dan kesiapsiagaan Pemerintah Kota Sibolga, Akademisi, Dunia Usaha, Media dan masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana tersebut.

BMKG melalui Stasiun Geofisika Deli Serdang mengadakan kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) di Kota Sibolga pada tanggal 01-02 Juli 2022 yang dihadiri secara daring oleh Deputi Bidang Geofisika Suko Prajitno Adi dan secara Luring oleh Anggota Komisi V Bidang Penganggaran Johny Allen dan Wakil Walikota Sibolga dan Kalak BPBD Kota Sibolga dan diikuti oleh 58 peserta.

Adapun peserta kegiatan ini merupakan perwakilan dari unsur BPBD Kota Sibolga, Polsek, Koramil, Puskesmas, Camat, Lurah, Taruna Siaga Bencana (Tagana), Relawan, Sekolah, PMI, SAR, dan Media. Masih dalam rangkaian kegiatan SLG, BMKG Stasiun Geofisika Deli Serdang juga mengadakan BMKG Goes to School yang diikuti oleh sekolah-sekolah rawan terlanda bencana tsunami di pesisir Sibolga.

Kegiatan SLG meliputi sesi paparan dan diskusi tentang potensi kegempaan dan tsunami di wilayah Sumatera Utara, sistem dan produk peringatan dini tsunami BMKG, kesiapsiagaan menghadapi gempabumi dan tsunami, peran media, masyarakat siaga tsunami IOC-UNESCO, serta sesi simulasi dalam ruangan (Table Top Exercise - TTX) yang mensimulasikan terjadinya gempabumi M 8.7 berpotensi tsunami bersumber dari megathrust Nias-Simeulue yang kemudian direspon oleh peserta SLG. Selain itu dilakukan penyerahan dan pemasangan rambu arah evakuasi dari BMKG kepada pemerintah Kota Sibolga.

Seperti kita ketahui bersama bahwa gempabumi belum bisa diprediksi sehingga dapat terjadi kapan saja. Dengan demikian kegiatan terkait dengan mitigasi bencana gempabumi berpotensi tsunami menjadi hal yang penting dilaksanakan meskipun masih dalam situasi pandemi Covid-19. Kami senantiasa tetap berupaya untuk menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Sekolah Lapang Gempabumi ini merupakan salah satu ikhtiar untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah sekaligus membangun sikap tanggap gempabumi dan tsunami bagi masyarakat serta sekolah yang berada di wilayah potensi gempabumi dan tsunami untuk mewujudkan masyarakat siaga tsunami (Tsunami Ready Community) di Kota Sibolga.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024