Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu Bersama Stasiun Meteorologi Kasiguncu Poso Gelar SLCN 2021

  • Rachmat Hidayat
  • 11 Apr 2021
Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu Bersama Stasiun Meteorologi Kasiguncu Poso Gelar SLCN 2021

Poso - senin (5/4), Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu bersama dengan Stasiun Meteorologi Kasiguncu Poso menggelar kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Poso, Sulawesi Tengah. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan SLCN sebelumnya yang telah dilaksanakan di Palu pada tanggal 22-24 Maret 2021. Kegiatan SLCN di Poso tahun 2021 ini mengambil tema "Dengan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Masyarakat tetap Produktif, Sehat dan Selamat serta Beradaptasi terhadap Kondisi Cuaca dan Iklim di Laut".

Kegiatan SLCN ini diselenggarakan mulai tanggal 5-7 April 2021. Yang mana, pembukaan SLCN dilaksanakan di Aula Pertemuan Desa Tokorondo, Poso Pesisir kemudian 2 kegiatan selanjutnya dilaksanakam di Aula Pertemuan Kantor PPI Poso. Dalam kegiatan ini dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri dari para penyuluh lapangan, perwakilan nelayan dan para pejabat instansi terkait dimana seluruh peserta berasal dari Kabupaten Poso.

Pada kegiatan SLCN di Poso ini dihadiri oleh Wakil Bupati Poso M. Yasin Mangun, S.Sos yang sekaligus membuka kegiatan SLCN ini secara langsung, Koordinator MKG Wilayah Sulteng Cahyo Nugroho, SE, S.Si., Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Poso Ir. Yusak Their Mentara, MM., Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso Suratno, SP, M.Si., Kepala Stasiun Mutiara Sis Al-Jufri Palu yang diwakili oleh Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Etriatulas Hakrito, SP., Kepala Stasiun Meteorologi Kasiguncu Poso Muslim, SP., M.Sc., Kepala Stasiun Meteorologi Syukuran Aminudin Amir-Banggai Ali Mustofa, SP., Pejabat di jajaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Poso dan Kepala Desa Tokorondo.

Dalam sambutannya Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Mutiara Sis Al-Jufri Palu mengatakan bahwa perlu dilakukan upaya pendekatan mendalam terkait cuaca dan iklim guna mengantisipasi dan mengatasi dampak yang ditimbulkan. Serta turut mewujudkan visi dan misi nawacita tentang kedaulatan pangan dan pengembangan ekonomi maritim dan kelautan. Yang mana melalui kegiatan SLCN BMKG telah mengambil langkah nyata dalam mendukung program Ketahanan Pangan Nasional melalui pendekatan adaptasi resiko iklim, terutama di sektor keluatan dan perikanan.

Wakil Bupati mengatakan bahwa, kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) ini sangat mendukung visi dan misi pemerintah daerah khususnya Kabupaten Poso tahun 2021-2026 yaitu menciptakan Poso yang Sehat, Poso Pintar, Poso Sejahtera, Poso Pakaroso, Poso Harmoni dan Tangguh, dan Poso Bersinar serta Terdepan. Sesuai dengan letak wilayah Poso yang berada pada pesisir, Ia berharap dengan diadakannya SLCN masyarakat nelayan mampu meningkatkan pengetahuan dan produktivitasnya. Selanjutnya, Ia juga mengatakan bahwa untuk kedepan, pemerintah daerah Kabupaten Poso harus memberi perhatian penuh bagi peningkatan kesejahtraan masyarakat khususnya para nelayan. Berikut itu merupakan komitmen kami dalam membangun Kabupaten Poso.

Begitu juga dengan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Poso, Ir. Yusak Their Mentara, MM., mendukung penuh kegiatan SLCN ini, dimana kegiatan SLCN ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan di Kabupaten Poso. Ia berharap kegiatan ini dapat diselenggarakan secara rutin, dan dengan adanya kegiatan ini, para nelayan dapat mengefisiensi waktu dan juga menjaga keselamatannya dengan memanfaatkan informasi cuaca dari BMKG di laut, dengan begitu para nelayan dapat meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan mereka.

Tantangan utama pengelolaan sumber daya di berbagai bidang adalah karena adanya fluktuasi iklim, dimana hal ini dapat mengganggu kegiatan di berbagai sektor utamanya kelautan dan perikanan. Dengan demikian BMKG melakukan beberapa program kegiatan sebagai bentuk respon berupa rencana aksi, salah satunya adalah upaya peningkatan pemahaman para nelayan dan penyuluh perikanan tentang informasi cuaca dan iklim yang disediakan oleh BMKG serta manfaatnya dalam bidang perikanan dan kelautan. Oleh karena itu, kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan secara rutin untuk mendukung para penyuluh, stakeholder, dan para nelayan dalam menghadapi dampak-dampak yang akan ditimbulkan. Selanjutnya, informasi tersebut juga dapat dimanfaatkan nelayan untuk mengefisiensikan waktu pencarian komoditas laut dan diharapkan untuk kedepannya dapat meningkatkan produktivitas baik dari segi tangkap, budidaya, maupun pemasaran.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024