Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang Gelar SLCN 2020 di Rembang

  • Ibrahim
  • 26 Agu 2020
Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang Gelar SLCN 2020 di Rembang

Rembang - Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang mengelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Jawa Tengah Tahun 2020 di Desa Tritunggal, Kab. Rembang, Jawa Tengah. Kegiiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada Penyuluh, Petugas Dinas dan Ketua Kelompok Nelayan dalam memahami informasi iklim dan Cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.

Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini merupakan kegiatan kedua yang dilaksanakan oleh BMKG terkait Sekolah Lapang, sebelumnya adalah Sekolah Lapang Iklim untuk Pertanian. Sekolah Lapang Cuaca Nelayan tahun ini dilaksanakan di 20 Lokasi yang tersebar di 20 Provinsi di Indonesia dan merupakan program prioritas nasional dengan tujuan utama untuk memberikan pemahaman terkait pemanfaatan informasi cuaca dan iklim secara efektif dalam mendukung kegiatan perikanan.

Sebanyak 25 Orang berpartisipasi menjadi peserta SLCN Rembang, terdiri dari 2 Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Rembang, 6 penyuluh dari Kabupaten Rembang, 7 Ketua kelompok nelayan Rembang, 1 ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Rembang, 1 petugas DKP Pati, 2 penyuluh dari Pati, 5 ketua kelompok nelayan dari pati, dan 1 ketua HNSI Pati. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 24-26 Agustus 2020 , dengan tempat Acara di Kelurahan Tritunggal dan Hotel Pollos Rembang.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo membuka secara resmi kegiatan ini pada Selasa, (26/8). Eko menyampaikan bahwa SLCN ini merupakan suatu bentuk kegiatan sebagai wadah penyampaian informasi meteorologi maritim dari BMKG di daerah kepada Nelayan Perikanan Tangkap dan Budidaya melalui stakeholder terkait, Penyuluh Perikanan dan Ketua Kelompok Nelayan yang membutuhkan informasi cuaca maritim untuk perikanan dan kelautan.

"Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menjadi media pertukaran pengetahuan, informasi, diskusi dan ajang berbagi pengalaman dari para narasumber, penyuluh perikanan, dan stakeholder terkait," ujar Eko.

Menutup sambutannya, Eko berpesan kepada para peserta untuk menimba pengetahuan dengan baik, sehingga nantinya saudara benar-benar dapat memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk menunjang keberhasilan program-program Pemerintah.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024