Stasiun Meteorologi Kualanamu Menyelenggarakan Seminar Online METEONET-DISC #05

  • Hatif Thirafi
  • 18 Des 2020
Stasiun Meteorologi Kualanamu Menyelenggarakan Seminar Online METEONET-DISC #05

Deli Serdang - Stasiun Meteorologi Kualanamu menyelenggarakan Seminar Online Meteonet-Disc #05 dengan tema "Kesiapan Meteorologi Maritim dalam Mendukung Suksesnya Angkutan Natal dan Tahun Baru", Kamis (17/12).

BMKG dari tahun ke tahun selalu memberikan kesiapan dan dukungan informasi cuaca, baik cuaca penerbangan, publik, dan maritim di dalam menghadapi angkutan Natal dan Tahun Baru. BMKG sudah menyiapkan segala piranti, khususnya SDM yang handal juga teknologi-teknologi modern yang diharapkan dapat mendukung untuk kelancaran dan keselamatan angkutan Natal dan Tahun Baru.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, MT dalam opening speech membuka Seminar Online Meteonet-Disc #05. Hal tersebut senada dengan pengantar yang disampaikan oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kualanamu, Bambang Setiajid, MT dalam pengantar yang disampaikan. Melalui Meteonet-Disc #05 diharapkan mampu melihat kesiapan dan menjadi wadah diskusi BMKG, baik pusat dan UPT daerah beserta stakeholder dalam menghadapi angkutan Natal dan Tahun Baru.

Seminar online Meteonet-Disc #05 dilaksanakan secara langsung melalui ZOOM Meeting dan YouTube. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar seratus sembilan puluh peserta secara Nasional dari lingkungan BMKG, stakeholder, khususnya di bidang maritim, dan masyarakat. Dalam Meteonet-Disc #05 dihadirkan tiga Narasumber yang dipandu oleh Moderator, Saudara Immanuel Jhonson A. Saragih, S.Tr.

Narasumber pertama, Bayu Edo Pratama, M.Si (Pusat Meteorologi Maritim BMKG) yang memberikan penjelasan terkait kondisi perairan di Indonesia, faktor cuaca dalam kecelakaan maritim, serta kesiapan dan layanan BMKG Pusat untuk mendukung keselamatan aktivitas maritim, khususnya dalam angkutan Natal dan Tahun Baru.

Narasumber kedua, Sugiyono, ST, M.Kom (Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Belawan) yang menyampaikan paparan terkait kesiapan Stasiun Meteorologi Maritim Belawan untuk mendukung suksesnya angkutan Natal dan Tahun Baru, khususnya di Pelabuhan Belawan dan perairan sekitar Sumatera bagian Utara. Juga disampaikan pelayanan informasi cuaca maritim dan koordinasi yang telah dilakukan oleh Stasiun Meteorologi Maritim Belawan kepada pemerintah setempat, stakeholder, dan masyarakat sekitar.

Narasumber ketiga, Alwan Rasyid, ST, MT (Kepala Bidang Penjagaan Patroli dan Penyidikan Kantor Kesyahbandaran Utama Belawan) yang menyampaikan penggunaan dan kebutuhan informasi meteorologi maritim untuk mendukung keselamatan aktivitas kapal dan pelayaran, serta kebijakan (instruksi) yang dimuat dalam maklumat pelayaran terkait penggunaan informasi maritim dan pengamatan cuaca oleh awak kapal.

Kegiatan Meteonet-Disc #06 selanjutnya akan dilaksakan pada Desember 2020 dengan tema : "Layanan Informasi Meteorologi guna Mendukung Indonesia Poros Maritim Dunia".

Diharapkan, sinergi yang telah berjalan baik antara BMKG Pusat dan UPT BMKG di daerah, serta koordinasi dengan pemerintah setempat, stakeholder (Kesyahbandaran), dan masyarakat dapat membangun sistem layanan meteorologi maritim Indonesia yang berkelas dunia.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024