Stasiun Klimatologi Lombok Barat Gelar Focus Group Discussion, Menutup Rangkaian SLI Operasional NTB Tahun 2020

  • Hatif Thirafi
  • 27 Okt 2020
Stasiun Klimatologi Lombok Barat Gelar Focus Group Discussion, Menutup Rangkaian SLI Operasional NTB Tahun 2020

Selasa (20/10) - Stasiun Klimatologi Lombok Barat berhasil menyelenggarakan rangkaian kegiatan SLI Operasional Provinsi NTB tahun 2020 bersama para petani golden melon dan semangka di Desa Kateng, Kec. Praya Barat, Kab. Lombok Tengah dengan baik. Rangkaian kegiatan SLI Operasional ini diakhiri dengan penyelengaraan Focus Group Discussion (FGD) bersama para alumni peserta SLI Operasional, stakeholder terkait dan pihak BMKG sebagai penyelenggara kegiatan. Kegiatan FGD SLI Operasional NTB tahun 2020 diselenggarakan pada Selasa, 20 Oktober 2020 bertempat di Hotel Lombok Astoria Mataram dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di era pandemi COVID-19.

Selain dihadiri para alumni peserta SLI, kegiatan FGD SLI Operasional NTB kemarin dihadiri pula oleh Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi NTB, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Tengah dan para Kepala UPT BMKG di Pulau Lombok.

Acara dibuka dengan sambutan oleh Plt. Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG; Marjuki, M.Si. Marjuki mengatakan bahwa kegiatan FGD diselenggarakan sebagai sarana evaluasi terhadap kegiatan SLI Operasional sekaligus persiapan akan tercapainya kegiatan ke depan yang lebih berkualitas, akuntable dan tepat sasaran.

Setelahnya adalah sambutan oleh Kepala BPTP Provinsi NTB; Baiq Rahmayanti, M.Si. Rahmayanti mengungkapkan apresiasinya terhadap BMKG yang telah menyelenggarakan SLI Operasional sebagai jembatan penyebaran informasi iklim kepada petani. Rahmayanti mengharapkan pula sinergitas antara BMKG dengan BPTP dapat terus dikembangkan guna penyusunan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan petani.

Sambutan terakhir disampaikan oleh Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Lombok Barat; Luhur Tri Uji Prayitno, M.Ling sekaligus membuka secara resmi kegiatan FGD SLI Operasional NTB. Dalam sambutannya, Luhur menjelaskan gambaran umum kegiatan SLI Operasional dan tujuannya dalam memberikan informasi iklim secara mendalam dan secara langsung kepada penyuluh pertanian dan kelompok tani serta untuk memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap perilaku dan pemanfaatan informasi iklim dalam pertanian. Dikatakannya pula bahwa target peserta SLI Operasional difokuskan pada kelompok tani binaan. Kegiatan ini juga dilakukan secara berkesinambungan selama beberapa tahun kedepan dan menggandeng dinas pertanian setempat.

Dalam sesi diskusi untuk mendapatkan rekomendasi terkait penyelenggaraan SLI, para peserta menyampaikan segala harapannya agar SLI Operasional ini terus berjalan di kemudian hari karena manfaatnya yang begitu signifikan mereka rasakan, utamanya dalam penerapan informasi iklim dalam kegiatan tanam mereka. Tidak sedikit pula masukan positif yang didapatkan Stasiun Klimatologi Lombok Barat sebagai penyelenggara acara. Disampaikan oleh peserta yang datang dari BPTP Provinsi NTB bahwa pertemuan sosialisasi SLI Operasional dirasa kurang. Perlu adanya penambahan waktu setiap kali kegiatan pembelajaran agar ilmu yang diterima oleh para peserta bisa lebih maksimal guna mencapai peningkatan pengetahuan, sikap dan kemampuan petani setelah mengikuti SLI.

Di akhir acara didapatkan beberapa rekomendasi terkait relevanasi, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan SLI Operasional. Komponen relevansi yang mencakup komoditas unggulan dan materi yang diberikan BMKG dirasa sudah cukup relevan. Masih perlu peningkatan efisiensi dalam hal metode pembelajaran jarak jauh, kebutuhan informasi untuk strategi tanam dan pemilihan peserta yang perlu difokuskan hanya pada satu kelompok tani saja.

Secara umum, Indeks Kepuasan Pengguna (IKP) SLI Operasional NTB tahun 2020 telah tercapai. Berdasarkan hasil perhitungan, kinerja pelaksanaan SLI Operasional NTB dalam kriteria BAIK dengan nilai interval IKP 3.22. Hal ini berarti tetap dibutuhkan perbaikan dan peningkatan kinerja ke depannya agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024