Stamet Kelas 1 Sentani Jayapura: "Belajar Bersama BMKG" 30 Siswa SMPN 03 Dosai Kabupaten Jayapura

  • Taufiq Kurniawan
  • 13 Feb 2019
Stamet Kelas 1 Sentani Jayapura:  "Belajar Bersama BMKG" 30 Siswa SMPN 03 Dosai Kabupaten Jayapura

Sentani - Rabu (13/2), Stasiun Meteorologi Kelas I Sentani - Jayapura menerima kunjungan rombongan Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 03 Dosai berjumlah 30 siswa-siswi yang berlokasi sekolah di Jl. Poros Sentani-Depapre Distrik Waibu Kab.Jayapura - Papua yang didampingi oleh 3 orang guru. Kunjungan ini bertemakan "belajar bersama BMKG" yang bertujuan untuk memperkenalkan siswa lebih dekat Stasiun Meteorologi Kelas I Sentani-Jayapura sebagai penyedia informasi cuaca secara umum dan informasi cuaca penerbangan sekaligus untuk memenuhi target sekolah secara psikomotorik siswa terhadap pengenalan materi pelajaran Ilmu pengetahuan alam tentang perubahan cuaca dan iklim dalam upaya menambah wawasan untuk mengenal lebih jauh fenomena-fenomena alam yang ada.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sentani Bp. Darmawan, S.Si., M.Si, dalam sambutan pembukaan kunjungan tersebut mengatakan, bahwa agar diharapkan siswa rajin dan aktif untuk selalu bertanya seluas-luasnya kepada pemateri hal-hal yang perlu diketahui terkait fenomena-fenomena alam yang sering terjadi akhir-akhir ini, disamping itu Kepala Stasiun juga menyampaikan bahwa untuk saat ini belajar tidak harus duduk di bangku sekolah namun bisa juga dilakukan dengan melakukan kunjungan-kunjungan terhadap instansi-instansi terkait yang berkaitan dengan materi pelajaran yang ada saat ini.

Selanjutnya sesuai dengan tema yang dibawa dari sekolah yaitu mengenal perubahan cuaca dan iklim yang terjadi siswa mengikuti penyampaian materi yang disajikan oleh Bpk. Maulana Sunu S. Tr. yang didampingi oleh ibu. Eka Ristiana Marpaung, S.Tr. Disini nampak para siswa dan siswi sangat antusias dalam mengikuti sesi ini, ini dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang disampaikan terhadap penyaji, dan hal ini tidak lepas dari cara penyampaian para pemateri yang sangat menarik dan kemudian dijelaskan dengan bahasa yang simple dan mudah di pahami.

Kegiatan berikutnya adalah melakukan kunjungan di taman peralatan untuk melihat langsung parameter peralatan yang dipimpin langsung Bp. Daniel Tandi S.Si, bersama Ibu Rira Damanik, S.Tr.Dengan melihat peralatan lebih dekat diharapkan para siswa dapat memahami berbagai jenis peralatan Meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Kelas I Sentani dan kegiatanselanjutnya ditutup dengan pemberian cindera mata dari sekolah Kepada Stasiun Meteorologi Kelas I Sentani, serta sesi foto bersama.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024