Sosialisasi Informasi Iklim, Staklim Pesawaran Lampung Jalin Kerja Sama dengan CV. Berkah Jaya

  • Ibrahim
  • 01 Jul 2020
Sosialisasi Informasi Iklim, Staklim Pesawaran Lampung Jalin Kerja Sama dengan CV. Berkah Jaya

Lampung - (1/7), Stasiun Klimatologi Pesawaran menggelar kegiatan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara CV.Berkah Jaya dengan Stasiun Klimatologi Pesawaran. Perjanjian ini bertujuan untuk membangun kerjasama dalam sosialisasi informasi iklim dan penelitian kaitan iklim terhadap tanaman kayu putih (Melaleuca Cajuputi).

Acara ini disaksikan oleh Kepala Stasiun Meteorologi Raden Inten II selaku koordinator BMKG wilayah Lampung, serta dihadiri oleh Kepala Stasiun Klimatologi Pesawaran, Pimpinan CV.Berkah Jaya bersama 2 orang staff, dan 18 Staff Stasiun Klimatologi Pesawaran. Kegiatan penandatanganan perjanjian kerjasama dilaksanakan di gedung Stasiun Klimatologi Pesawaran.

Kegiatan ini diawali dengan sambutan Koordinator BMKG wilayah Lampung, Kukuh Ribudiyanto, M.Si. Dalam sambutannya, disampaikan bahwa BMKG pusat berharap UPT di daerah mampu membuat suatu kegiatan yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini dapat menjadi sarana UPT Staklim Pesawaran dalam menghasilkan penelitian yang bagus yang dapat diaplikasikan kepada para petani sehingga bisa meningkatkan ekonomi petani.

Sambutan kedua disampaikan oleh Kepala Stasiun Klimatologi Pesawaran, Budi Satria, S.Si. Dalam sambutannya, disampaikan bahwa penanaman komoditas kayu putih di lahan penelitian Stasiun Klimatologi Pesawaran adalah sebuah terobosan baru karena selama ini lahan penelitian hanya ditanami komoditas tanaman pangan. Kerjasama ini diharapkan dapat berkontribusi dalam kemajuan penelitian untuk BMKG Pesawaran dan hasil penelitian dapat dirasakan manfaatnya oleh CV.Berkah Jaya selaku pelaku usaha tani.

Sambutan ketiga disampaikan oleh Pimpinan CV.Berkah Jaya, Eko Mei Probocahyono, S.ik, M.Si. Dalam sambutannya, disampaikan bahwa CV.Berkah Jaya merasa bangga bisa bekerja sama dengan BMKG, disamping itu perusahaan tersebut adalah perusahaan kayu putih pertama di Indonesia yang memiliki kebun dan pabrik pengolahan kayu putih milik pribadi. Eko berharap penelitian BMKG akan membantu petani kayu putih, contohnya dalam hal penentuan waktu panen berdasarkan kondisi iklim yang tepat.

Acara dilanjutkan dengan penandatanganan Perjanjian kerjasama yang ditandatangani oleh Kepala Stasiun Klimatolgi Pesawaran Lampung dan Pimpinan CV.Berkah Jaya. Usai penandatanganan perjanjian kerjasama, acara dilanjutkan dengan penyerahan bibit kayu putih dan bibit pepaya california di kebun penelitian Stasiun Klimatologi Pesawaran. Selanjutnya acara ditutup dengan penanaman bibit secara simbolis oleh Kepala Stasiun Klimatologi Pesawaran, Pimpinan CV.Berkah Jaya, dan Ketua Tim Penelitian Budidaya Kayuputih (Melaleuca Cajuputi).

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024