SLI Tahap III Provinsi Jambi

  • Rozar Putratama
  • 12 Sep 2017
SLI Tahap III Provinsi Jambi

Jambi - Senin (11/09/2017), tepatnya di Desa Pematang Pulai, Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, diselenggarakannya kegiatan Panen Raya Sekolah Lapang Iklim (SLI) tahap III yang diadakan Stasiun Klimatologi Muaro Jambi.

Kegiatan panen raya yang merupakan rangkaian kegiatan SLI tahap III di Provinsi Jambi mengambil tema "Dengan Sekolah Lapang Iklim Tahap 3 Kita Tingkatkan Pemahaman Petani Terhadap Informasi Iklim Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional" ditutup Deputi bidang Klimatologi BMKG Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc dengan didampingi Kepala Balai Besar MKG Wilayah II Joko Siswanto, S.Sos, Kepala Stasiun Meteorologi Sultan Thaha Jambi, Kepala Stasiun Klimatologi Muaro Jambi.

Kegiatan SLI yang diselenggarakan selama 1 musim tanam ini (Juni-September 2017) dari aspek iklim nya menanam Padi dengan menggunakan bibit unggul varietas Inpara 3 yang berumur pendek (116-125 HSS). Penggunaan bibit ini untuk mengantisipasi kemungkinan banjir diawal musim hujan Tahun 2017/2018. Menanam padi di awal Musim Kemarau Periode Juni-Juli-Agustus-September (JJAS) 2017, dengan asumsi tahun 2017 ini merupakan Tahun Normal. Dimana prakiraan curah hujan bulanan pada periode JJAS berkisar antara Normal-Atas Normal. Sedangkan dari aspek budidaya menggunakan Petroganik sebagai pupuk dasar yang dapat memperbaiki struktur tanah dan aerasi tanah. Selain itu pola tanam menggunakan Pola Jajar Legowo 2:1 yang memudahkan aplikasi pupuk dan pengendalian OPT.

Hasil yang diperoleh dari survey ubinan yang dilakukan BPS Kab. Muaro Jambi pada lahan peserta SLI 3 ini diperoleh produktivitas rata-rata sebesar 5.61 ton/hektar (dengan nilai tertinggi 7.02 ton/hektar dan terendah 4.16 ton/hektar), lebih tinggi 47.6% terhadap Produktivitas Desa (3.80 ton/ha) dan meningkat 21.9% dari pada Produktivitas Padi Kab. Muaro Jambi (4.60 ton/ha). Lahan SLI 3 yang luasnya hanya 4000 m2 dapat mempengaruhi lahan sekitarnya untuk mengikuti rekomendasi SLI sehingga terjadi penambahan luas (scale up) menjadi 150 hektar.

Para Peserta SLI sebanyak 28 orang yang terdiri dari Kelompok Tani Mekar Sari 1 dan perwakilan dari 4 Kelompok Tani yang ada di Desa Pematang Pulai dan Desa Sekitarnya. Suksesnya acara SLI 3 ini tak lepas dari peran penting POPT (Pengamat Organisme dan Pengganggu Tanaman), BPTPH (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura), PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), (BP2KP) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian Kab. Muaro Jambi dan tentunya dari Stasiun Klimatologi Muaro Jambi.

Panen Raya SLI tahap 3 turut dihadiri Gubernur Provinsi Jambi Zumi Zola, Bupati Muaro Jambi, Kapolda Jambi, DANREM Jambi, Kepala BPS, Kadis Pertanian Jambi, KaLPP TVRI Jambi, jajaran SKPD Jambi, babinsa, dan para peserta kelompok tani.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024