SLI Tahap 2 Kab. Samosir

  • Rozar Putratama
  • 13 Mar 2019
SLI Tahap 2 Kab. Samosir

Bertempat di Hotel Rogate Kabupaten Samosir, Stasiun Klimatologi Deli Serdang menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) tahap II sebagai bentuk upaya BMKG dalam meningkatkan literasi iklim dan desiminasi informasi iklim untuk pertanian, sesuai dengan program Nawacita Pemerintah, yaitu program nawacita ketujuh untuk mewujudkan kemandirian ekonomi. Sekolah Lapang Iklim merupakan suatu bentuk pendekatan yang memberdayakan petani dan penyuluh untuk memahami dan memanfaatkan informasi iklim secara efektif dalam mendukung pertanian dan dalam mengantisipasi iklim ekstrim. Sebagaimana diketahui bahwa produk informasi iklim bermanfaat untuk mendukung berbagai kegiatan, terutama sektor pertanian dan perkebunan.

Kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) merupakan suatu kegiatan interaktif menggunakan metode Belajar Sambil Praktek (Learning by doing). Melalui kegiatan SLI ini, BMKG berkeinginan untuk mensosialisasikan pentingnya informasi iklim dalam mendukung kegiatan pertanian di Indonesia. Selain itu, kegiatan SLI merupakan cara BMKG sebagai penyedia informasi dan petani sebagai end-user berinteraksi melalui penyuluh petani lapangan. Sekolah Lapang Iklim ini mengangkat tema " Informasi Iklim Yang Cepat, Tepat, Akurat, Luas Dan Mudah Dipahami Untuk Mendukung Ketahanan Pangan". Kegiatan ini berlangsung selama 1 hari, yaitu tanggal 01 Maret 2018, yang diikuti oleh 80 orang peserta dan dibuka oleh Kepala Balai Besar BMKG Wilayah I Medan yaitu Edison Kurniawan, S. Si, M. Si.

Edison Kurniawan, S. Si, M. Si menyampaikan bahwa pada beberapa tahun terakhir kondisi iklim yang sangat beragam merupakan tantangan utama dalam pengelolaan di berbagai sektor terutama terganggunya ketahanan pangan di sektor pertanian. Oleh karena itu BMKG melakukan pendekatan guna mengantisipasi atau mengatasai masalah iklim tersebut dengan menambah pelayanan digital untuk mempermudah dan mempercepat informasi pelayanan untuk masyarakat, salah satunya pelayanan terhadap petani. Penyebaran informasi cuaca dan iklim dengan cara digital akan meningkatkan pelayanan terhadap petani di seluruh Indonesia. Sehingga petani bisa mendapatkan informasi terkait cuaca, iklim dan kualitas udara dengan lebih cepat dengan memanfaatkan mobile phone. Dengan peningkatan layanan digital maka ketahanan pangan di Indonesia juga bisa semakin ditingkatkan.

Beberapa pelayanan digital telah dilaksanakan oleh Stasiun Klimatologi Deli Serdang yaitu: web resmi http://bmkgsampali.net/ dan Aplikasi MANDAPOT (Manajemen Data dan Pelayanan Jasa Online Terpadu) untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan data dan informasi. Melalui Aplikasi ini masyarakat dapat melakukan permohonan data dari rumah dengan mengakses web iklimsumut.info. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk peningkatan layanan secara online.

Melalui serangkaian kegiatan ini, Klaus Johannes Apoh Damanik selaku Kepala Stasiun Klimatologi Deli Serdang berharap dengan terselenggaranya kegiatan SLI dapat meningkatkan pengetahuan terkait cuaca dan iklim serta dapat bertukar pikiran antar stakeholder dan penyuluh pertanian demi peningkatan pelayanan jasa klimatologi ke depannya.

Sementara itu, Angota Komisi V DPR RI, drh Jhoni Allen Marbun, MM berharap peserta SLI bisa terus didik sehingga para peserta hasil SLI ini bisa menularkan pengetahuannya kepada petani-petani lainnya. Beliau berharap peserta SLI tetap menjaga hubungan dengan BMKG dan terus memperbaharui ilmu mereka terkait cuaca dan iklim.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024