SLI - Sosialisasi Agroklimat Cirebon, Tingkatkan Pemahaman Cuaca dan Iklim untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan

  • Rachmat Hidayat
  • 21 Mei 2018
SLI - Sosialisasi Agroklimat Cirebon, Tingkatkan Pemahaman Cuaca dan Iklim untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan

Cirebon - Jumat (18/5/2018), Sekolah Lapang Iklim - Sosialisasi Agroklimat Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 dan FGD SLI dengan tema "Melalui SLI-SOS AGRO Kita Tingkatkan Pemahaman Cuaca dan Iklim untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan" digelar Stasiun Klimatologi Bogor di Hotel Tryas Cirebon.

Kegiatan Sekolah Lapang Iklim II - SOS AGRO merupakan upaya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman cuaca serta Iklim bagi para Penyuluh Pertanian dan POPT maupun kepada masyarakat yang lebih luas.

Sedangkan kegiatan FGD (Focus Group Discussion) SLI Provinsi Jawa Barat diadakan untuk mendapatkan saran dan masukan dari para Alumni SLI terkait pelaksanaan kegiatan SLI yang telah dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Bogor. Hasil ini selanjutnya akan dijadikan bahan rekomendasi kegiatan SLI dimasa yang akan datang.

Acara ini dibuka oleh Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan Bapak Guswanto, M.Si dan dihadiri oleh Anggota DPR RI Komisi V Fraksi PDI Perjuangan Bapak Drs. Yoseph Umarhadi, M.Si, MA, kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Kepala DP3KP Kab Cirebon, Kepala BPBD Kab Cirebon, Kepala Stasiun Koordinator Provinsi Jabar, Kabid Informasi Iklim Terapan BMKG, Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Kepala Stasiun Meteorologi Jatiwangi, Civitas Akademisi STMKG.

SLI - Sosialisasi Agroklimat diikuti oleh 27 orang peserta dari penyuluh pertanian, POPT/PHP, Gapoktan dan praktisi akademis dan 17 orang alumni SLI tahap 2/ tahap 3 Provinsi Jawa Barat dan diliput oleh media lokal seperti RRI Cirebon.

Dalam sambutannya, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan, Bapak Guswanto, M. Si menyampaikan bahwa memahami informasi cuaca dan iklim sangatlah penting, karena nantinya para peserta akan menjadi perpanjangan tangan BMKG agar seluruh informasi yang telah diberikan dan disampaikan dapat dipahami serta dimengerti khususnya untuk para petani.

Selama kegiatan berlangsung, para Peserta SLI Sos Agro Jawa Barat 2018 diberikan pengenalan mengenai cuaca dan iklim, pemahaman tentang cuaca jangka pendek serta pemanfaatannya, alat ukur cuaca, informasi iklim, implementasi dalam pengaturan strategi pola tanam dan hubungannya dengan informasi BMKG serta pemanfaatan informasi cuaca dan iklim terhadap hama dan penyakit tanaman yang diberikan oleh BMKG dan Dinas Pertanian.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024