SLI Operasional Kalimantan Barat Tahun 2021 Mendapat Dukungan Komisi V DPR RI, Dibuka oleh Kepala BMKG

  • Rachmat Hidayat
  • 27 Mei 2021
SLI Operasional Kalimantan Barat Tahun 2021 Mendapat Dukungan Komisi V DPR RI, Dibuka oleh Kepala BMKG

Sintang - Selasa (25/5), Stasiun Klimatologi Mempawah Kalimantan Barat melaksanakan Sekolah Lapang Iklim Operasional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2021 di desa Kebong, kecamatan Kelam Permai, kabupaten Sintang yang berjarak 360 km dari kabupaten Mempawah. Kegiatan ini selaras dengan harapan memasyarakatkan SLI, memasyarakatkan iklim terutama kepada petani. SLI Operasional Kalimantan Barat Tahun 2021 berkesempatan dibuka oleh Kepala BMKG (Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D.) dan mendapat dukungan dari Ketua Komisi V DPR RI (Lasarus S.Sos., M.Si) yang disampaikan dalam sambutan beliau melalui zoom meeting.

Kegiatan SLI ini disambut dengan baik oleh pemerintah setempat dengan hadirnya Asisten Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang Bidang Perekonomian dan Pembangunan, serta Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang untuk melakukan Tanam Perdana, serta memberikan dukungan dan arahannya kepada para peserta SLI. Dukungan tidak hanya dari pemerintah kabupaten Sintang saja, namun dari pemerintah provinsi Kalimantan Barat, yaitu dari Unit Pelaksana Teknis-Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT-PTPH) Provinsi Kalimantan Barat yang memberikan bantuan narasumber, sehingga pada kegiatan SLI ini dapat diagendakan 12 materi untuk peserta hingga akhir rangkaian pertemuan SLI berikutnya. Materi tersebut gabungan dari tim Stasiun Klimatologi Mempawah, tim UPT-PTPH Provinsi Kalimantan Barat, dan tim Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang.

Dalam rangkaian acara pembukaan SLI Operasional Kalimantan Barat Tahun 2021 juga melaksanakan penyerahan hibah berubah 2 alat penakar hujan observatorium (Ombrometer) kepada pemerintah kabupaten Sintang dengan harapan data curah hujan yang dihasilkan nantinya dapat dimanfaatkan untuk informasi yang mengiringi kegiatan pertanian di Sintang. Harapan dari terlaksananya kegiatan ini adalah keberlanjutan pelaksanaan SLI untuk mewujudkan pertanian yang adaptif terhadap fenomena iklim ekstrem dengan memahami konsep dan informasi iklim dengan baik, sehingga dapat diimplementasikan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, selaras dengan tema SLI Operasional Kalimantan Barat Tahun 2021 "Peduli Iklim, Petani Sejahtera".

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024