SLI Operasional Deli Serdang

  • Rozar Putratama
  • 09 Apr 2021
SLI Operasional Deli Serdang

Deli Serdang - Kamis (8/4) Wakil Bupati Humbang Hasundutan, Dr (Can) Oloan Paniaran Nababan, SH, MH menghadiri kegiatan Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Operasional yang diselenggarakan BMKG Deliserdang di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Humbang Hasundutan, Dr (Can) Oloan Paniaran Nababan, SH, MH menyampaikan terimakasih kepada tim dari BMKG yang menyelenggarakan SLI Operasioanl di Kabupaten Humbang Hasundutan. Dengan kegiatan ini tentu masyarakat petani bisa mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang perkiraan cuaca yang akan datang. Dengan demikian petani mempunyai strategi bagaimana cara mengolah tanah, mengolah tanaman tetap bisa mendapatkan hasil yang baik.

Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu daerah sasaran pengembangan kawasan pertanian di Indonesia dengan Food Estate di Sumatera Utara karena memiliki potensi lahan yang besar dimana 90% hidup dari sektor pertanian.

Potensi luas lahan untuk pengembangan kawasan pertanian sebesar 95.000 ha, yang terdiri dari luas lahan basah dan lahan kering.
Ditambahkannya Sekolah Lapangan Iklim (SLI) ini merupakan dukungan BMKG dalam mewujudkan Pengembangan Pertanian dan Kedaulatan Pangan di Indonesia. Pemerintah Kabuapten Humbang Hasundutan sangat bangga menjadi salah satu lokasi terpilih SLI BMKG di Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan siap mendukung dan mensukseskan Pelaksanaan SLI di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Diharapkan agar peserta Sekolah Lapangan Iklim saat ini mengikutinya dengan baik dan berperan aktif dalam diskusi.

Sementara itu Deputi Bidang Klimatologi Drs Herizal, M.Si dalam sambutannya melalui Video Converence (Vidcom) menyampaikan bahwa Pemerintah Pusat telah menetapkan bahwa Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai lumbung pangan baru selain di Kalimantan Tengah.
Sekolah lapang Iklim bagi petani adalah untuk meningkatkan pengetahuan mereka mengenai informasi iklim dan dampaknya terhadap sektor pertanian. Melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional, petani memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim / musim secara efektif dalam kegiatan pertanian mereka. SLI merupakan studi lapangan yang berorientasi pada program praktis dan memberikan kesempatan kepada penyuluh, POPT dan petani untuk belajar bersama.

Pada Kesempatan tersebut, Deputi Bidang Klimatologi Herizal, membuka secara resmi Kegiatan Sosialisasi SLI Operasional di Desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang.

Herizal juga menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan atas dukungan dan peranaktifnya dalam kegiatan Sekolah Lapangan Iklim ini.

Diharapkan dengan pengetahuan iklim ini bisa menambah pengetahuan para petani dalam meningkatkan hasil pertanianya. Dan juga diharapkan adanya komunitas baru antara petani, penyuluh pertanian, perguruan tinggi dan BMKG di Sumatera Utara.Sehingga jika timbul masalah-masalah akan ada solusi yang baik.

Adapun materi yang diberikan dalam SLI ini meliputi pengenalan unsur cuaca dan iklim, serta pemahaman informasi iklim dan prakiraan iklim atau musim. Selain itu ada juga materi tentang fenomena iklim ekstrim, dan pengaruh cuaca atau iklim terhadap perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman.

Turut hadir pada kegiatan ini, Staf Ahli Bupati, Asisten Pemerintahan, para Pimpinan OPD, Kabag dan Peserta Sekolah Lapangan Iklim sekira 50 peserta.
(Diskominfo)

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024