SLI Nelayan, Cerdaskan Nelayan Bali Baca Cuaca dan Iklim

  • Dwi Rini
  • 12 Mei 2017
SLI Nelayan, Cerdaskan Nelayan Bali Baca Cuaca dan Iklim

Denpasar, Senin (01//5), Bertempat di Quest San Hotel Denpasar Bali, Stasiun Klimatologi Jembrana kembali melaksanakan Sekolah Lapang Iklim Tahap 2 Untuk Nelayan Provinsi Bali Tahun 2017 Gelombang I, pada tahun 2017 ini kegiatan SLI Tahap 2 untuk Nelayan akan diadakan 2 kali. Kegiatan Sekolah Lapang Iklim Nelayan Tahap 2 ini diikuti oleh 25 orang peserta, masing-masing dari Penyuluh Perikanan (PPL) dan perwakilan dari Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dari 6 Kabupaten di Provinsi Bali. Selanjutnya Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana Bali Bapak Rakhmat Prasetia, SP, M.Si, dalam sambutannya berharap melalui SLI Nelayan Tahap 2 ini, para PPL Perikanan dapat lebih memahami informasi cuaca dan iklim sehingga dapat mendukung kegiatan pemerintah dalam mensukseskan kegiatan di sektor perikanan.

SLI Nelayan Tahap 2 Bali 2017 dibuka langsung oleh Kepala Pusat Meteorologi Maritim, Nelly Florida Riama, S.Si, M.Si. Dalam sambutannya beliau memaparkan bagaimana awal mula diadakannya kegiatan SLI untuk Nelayan ini, Provinsi Bali sendiri sebagai Pilot Project dalam kegiatan SLI Nelayan ini karena telah dianggap berhasil menyelenggarakan SLI di bidang pertanian. Tidak lupa beliau juga menyampaikan ucapan selamat kepada para peserta SLI Nelayan Tahap 2 ini, karena nantinya merekalah yang akan menjadi perpanjangan tangan dari BMKG agar seluruh informasi yang diberikan dapat dipahami dan dimengerti oleh para Nelayan. Pada pembukaan tersebut juga hadir Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Drs. M. Taufik Gunawan Dipl.SEIS, Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Meteorologi Maritim BMKG Pusat serta seluruh kepala UPT BMKG se-Provinsi Bali. Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Balai Penelitian dan Observasi Laut KKP, Perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali serta perwakilan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan.

Kegiatan SLI Nelayan Tahap 2 tahun 2017 ini akan diisi materi-materi seputar cuaca dan iklim, dengan narasumber-narasumber dari BMKG, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, BPOL dan PPN Pengambengan, dengan materi tentang pemanfaatan informasi cuaca dan iklim dalam kegiatan kelautan dan perikanan. Acara ini dilaksanakan dari tanggal 1 Mei 2017 hingga tanggal 4 Mei 2017.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024