SLG Tanjung Lesung, Membangun Masyarakat Tanggap Gempa dan Tangguh Tsunami

  • Hatif Thirafi
  • 10 Apr 2019
SLG Tanjung Lesung, Membangun Masyarakat Tanggap Gempa dan Tangguh Tsunami

Tanjung Lesung, Selasa (9/4) - BMKG Stasiun Geofisika Tangerang menyelenggarakan Sekolah Lapang Geofisika (SLG) bertema "Membangun Masyarakat Pandeglang Tanggap Gempa dan Tangguh Tsunami". Kegiatan bertujuan memberikan pengetahuan potensi gempa dan tsunami serta pemahaman mengenai informasi gempa dan peringatan dini tsunami.

Sebanyak 75 peserta mewakili BPBD Prov Banten dan Kab. Pandeglang, masyarakat, sekolah, pengelola hotel, dan instansi terkait terlibat dalam acara ini. Acara yang mengambil tempat di Tanjung Lesung Hotel & Villa ini dibuka secara resmi oleh Bupati Kabupaten Pandeglang, Ibu Hj. Irna Narulita, SE, MM.

Dalam sambutannya Irna menyampaikan penghargaan kepada BMKG yang telah memilih Tanjung Lesung-Kabupaten Pandeglang, sebagai tempat pelaksanaan SLG dari 30 lokasi SLG yang terpilih pada Tahun 2019. "Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang sedang menyiapkan regulasi untuk 10 kecamatan di pesisir Pandeglang. Secara perlahan hotel ataupun penginapan yang berada dekat pesisir pantai untuk segera dapat beralih ke tempat yang aman" tambahnya.

Irna juga mengatakan bahwa mengambil pelajaran dari Tsunami senyap pada Desember tahun lalu, diharapkan Kabupaten Pandeglang akan menjadi role model wilayah tanggap bencana.

Acara juga dihadiri oleh Deputi Bidang Geofisika BMKG, Dr. Ir. Muhamad Sadly, M.Eng. Dalam kesempatan itu Sadly menjelaskan bahwa sistim peringatan dini tsunami yang dibangun merupakan sistim yang berbasis gempa tektonik. Pelajaran dari peristiwa tsunami Selat Sunda adalah perlunya sistim peringatan dini tsunami akibat peristiwa nonseismik, seperti aktivitas gunung api di laut.

"Oleh karenanya, untuk deteksi dini tsunami di Selat Sunda, pada hari Rabu, 10 April 2019, akan dipasang 3 unit buoy di perairan Selat Sunda oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)." Ujar Sadly di depan peserta SLG Tanjung Lesung.

Sadly meyakinkan kepada seluruh peserta, bahwa Sistim Peringatan Dini Tsunami Indonesia saat ini merupakan sistim yang baik dan diakui untuk menjadi Tsunami Service Provider untuk wilayah Indian Ocean. Meskipun demikian bagaimanapun baiknya sistim yang dibangun, kemampuan masyarakat untuk melakukan evakuasi mandiri perlu dibangun agar siaga menghadapi gempa dan tsunami.

Pada kesempatan sebelumnya, disampaikan pula oleh Kepala Stasiun Geofisika Tangerang Teguh Rahayu, S. Kom, MM, bahwa BMKG Stageof Tangerang juga akan melaksanakan simulasi (drill) gempabumi potensi tsunami yang mengikutsertakan 500 siswa di wilayah Cikadut Tanjung Lesung. Pelaksanaan drill bertujuan agar siswa memiliki ketrampilan sejak dini, dalam menyelamatkan diri saat terjadi gempa dan tsunami.

BMKG juga mengundang Badan Geologi, Dr. Ahmad Solikin untuk memberikan edukasi mengenai mitigasi aktivitas gunung api.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024