SLCN Papua Barat 2021, BMKG Sorong Targetkan Nelayan Produktif, Sehat dan Selamat

  • Rachmat Hidayat
  • 20 Jun 2021
SLCN Papua Barat 2021, BMKG Sorong Targetkan Nelayan Produktif, Sehat dan Selamat

Sorong - Kamis (17/6/2021) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika melalui Stasiun Meteorologi Kelas I DEO Sorong melaksanakan Kegiatan SLCN ( Sekolah Lapang Cuaca Nelayan) Provinsi Papua Barat Tahun 2021. Bertempat di Aula UPTD Perikanan Provinsi Papua Barat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Jembatan Puri Kota Sorong, Stasiun Meteorologi Kelas I DEO Sorong Bersama penyuluh Perikanan Kota Sorong mengedukasi nelayan pesisir dalam memahami info cuaca maritim agar nelayan produktif, sehat dan selamat.

Kegiatan Sekolah lapang Cuaca Nelayan Provinsi Papua Barat Tahun 2021 dibuka langsung oleh Kepala Balai Besar Wilayah V Jayapura, Bapak Cahyo Nugroho, SE, S.Si dan dilanjutkan pembukaan secara simbolik dengan pemukulan tifa didampingi Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I DEO Sorong Bapak Indar Adi Waluyo, S.Si.

Melalui sambutannya, Cahyo menjelaskan bahwa Kegiatan SLCN Provinsi Papua Barat 2021 ini merupakan bentuk tanggungjawab BMKG terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi BMKG yang telah tersedia namun belum dimanfaatkan oleh nelayan. Selain itu SLCN Provinsi Papua Barat 2021 juga menjadi salah media bagi nelayan untuk belajar bagaimana cara membaca informasi cuaca yang telah disediakan oleh BMKG. "Dengan adanya kegiatan ini diharapkan nelayan memahami informasi yang dikeluarkan oleh BMKG sehingga dalam masa pandemi sekarang ini, SLCN hadir membantu nelayan dengan ilmu pengetahuan agar nelayan tetap produktif, sehat dan selamat dengan beradaptasi terhadap kondisi Cuaca dan Iklim lautan", tutur Cahyo.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo saat memberikan sambutan secara virtual juga mengatakan, kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi suatu tantangan bagi nelayan apakah informasi yang telah BMKG berikan dapat dimengerti dan menjadikan dasar untuk mencari ikan dilaut sehingga meningkatkan produktifitas dan keselamatan nelayan.

Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini dihadiri oleh perwakilan Kepala Dinas Perikanan Kota Sorong, Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura, Kepala Stasiun Geofisika Sorong, Narasumber Pusat Meteorologi Maritim Jakarta, Nelayan, Penyuluh Perikanan, Stakholder Perikanan, Akademisi dan Media Massa.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I DEO Sorong selaku Penanggung jawab Kegiatan Indar Adi Waluyo mengatakan bahwa Kegiatan SLCN 2021 ini difokuskan terhadap para nelayan yang ada di Kota Sorong sebanyak 50 peserta dan akan dilanjutkan di Raja Ampat pada Tanggal 24 Juni 2021 dengan jumlah peserta secara seluruhnya sebanyak 100 orang nelayan. Meski di tengah situasi Pandemi COVID-19, Kegiatan SLCN 2021 BMKG Papua Barat tetap dilaksanakan dengan mengikuti protokol kesehatan dan diawasi langsung oleh Tim Gugus Tugas Covid 19 Kota Sorong.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024