Simulasi Pembentukan Hujan, BMKG Juara Ignite Stage

  • Ibrahim
  • 14 Okt 2019
Simulasi Pembentukan Hujan, BMKG Juara Ignite Stage

Pangkalpinang - Hadirin membanjiri panggung utama Ignite Stage hari kedua kegiatan Pameran Risiko Bencana (PRB) di Alun-Alun Taman Merdeka Kota Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung, Sabtu malam (12/10). Malam itu, Tim BMKG menyihir penonton dengan simulasi pembentukan hujan.

Beberapa penonton diminta naik ke panggung untuk menyaksikan dari dekat. "Siapa yang ingin lihat dari dekat silahkan naik ke atas panggung" ujar Taufiq PIC Tim BMKG memulai performanya. Kurniaji Kasi Data dan Informasi bersama tim memperkenalkan peralatan simulasi diatas panggung kepada penonton yang terlihat sangat antusias. " ada kompor, air, wajan, es batu, rak besi dan plastik", ujar Kurniaji.

Kemudian air dipanaskan memunculkan uap air. uap air ini mengenai permukaan rak besi yang diatasnya telah ditaroh es batu. "Air yang dipanaskan diumpamakan matahari yang memanaskan permukaan air. kemudian karena dipanaskan, air menguap. Uap air ini naik ke atmosfer yang dingin seperti es. Muncul bulir-bulir air pada permukaan rak besi yang disebut kondensasi", lanjut Kurniaji.

"Bagaimana kalau sekelilingnya ditutup plastik, apa yang terjadi?" Kurniaji melontarkan pertanyaan ke penonton. Tim BMKG kemudian menutup rak dengan plastik. Plastik ini membuat angin tidak dapat masuk kedalam rak yang terjadi kondensasi. tidak lama kemudian bulir-bulir air berjatuhan.

"Bulir-bulir air yang berjatuhan inilah yang dusebut hujan. Ternyata adanya angin disekeliling kondensasi dapat menghambat turunnya hujan. "Jika angin itu dikurangi dengan tutupan plastik tadi, bulir-bulir itu jatuh menjadi hujan. begitu juga yang terjadi dalam proses hujan sebenarnya", ujar Kurniaji.

Disela-sela pertunjukan tim BMKG juga memperkenalkan layanan multi sektor termasuk penanggulangan bencana dan juga keberadaan stasiun BMKG yang ada di Provinsi Bangka Belitung.

"Silahkan bapak dan ibu mencobanya dirumah bersama dengan anak-anaknya, tentunya dengan berhati-hati. Silahkan datang ke BMKG dan kami juga dapat diminta untuk datang ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan BMKG lebih lanjut dalam bentuk simulasi yang mengasikan seperti ini. Dan jangan lupa berkunjung ke booth BMKG", ujar Taufiq meramaikan suasana.

Pada malam itu banyak orang tua membawa anak-anaknya untuk mengunjungi pameran PRB yang diikuti 67 peserta dan menonton pertunjukan Ignite Stage.
Pertunjukan ini membawa BMKG menjadi juara pertama Ignite Stage pada Pameran PRB Kali ini.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024