SIKAT Diperkenalkan pada Rekon Semester II Tahun 2015 Balai Besar MKG Wilayah IV Makassar

  • Petugas Web
  • 19 Jan 2016
SIKAT Diperkenalkan pada Rekon Semester II Tahun 2015 Balai Besar MKG Wilayah IV Makassar

Makassar, Senin (18/1) Balai Besar Wilayah IV Makassar menyelenggarakan Rekonsiliasi Keuangan Semester II tahun 2015 Melalui Tema "Dengan Semangat Rekonsiliasi Laporan Keuangan Berbasis Akrual Semester II tahun 2015, Kita Raih Kembali Opini WTP BMKG", bertempat di hotel Novotel Makassar

Latar belakang dengan diangkatnya tema tersebut adalah untuk dapat memperbaiki semua kekurangan kita dalam penyusunan laporan keuangan , dimana pada tahun 2014 lalu BPK memberikan Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Dengan opini WDP yang diberikan oleh BPK pada BMKG tersebut juga berdampak pada tidak mendapatkannya kategori pada Barang Milik Negara (BMN) Award yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Keyaan Negarav(DJKN)Kementerian Keuangan.

Dalam sambutan pembukaan kegiatan Rekon semester II tahun 2015 Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi Drs. Untung Merdijanto, M.Si menyampaikan dengan tegas "opini BPK merupakan salah satu kriteria dalam komponen hasil dalam penilaian Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga, dengan demikian opini tersebut dapat dijadikan sebagai cambuk untuk memperbaiki kinerja secara keseluruhan dan kualitas pengelolaan keuangan di lingkungan BMKG, agar ke depannya BMKG dapat meraih kembali Opini WTP".

Pada tahun 2015 ini untuk pertama kali Pemerintah Indonesia menerapkan basis akutansi akrual dan mengubah sistem berbasis akutansi. Perbedaan paling mendasar dari kedua basis ini adalah pengakuan pendapatan dan belanja, dimana pada basis kas menuju akrual pendapatan dan belanja diakui saat adanya aliran kas masuk atau keluar dari kas umum, sedangkan pada basis akutansi akrual pendapatan dan belanja diakui pada saat timbulnya hak dan kewajiban.

Pada tahun 2014 BMKG telah melaunching Sistem Informasi Pengelolaan BMN BMKG (SIPBB) yang dirancang untuk melakukan pengiriman database BMN langsung dari satuan kerja ke database BMN Pusat untuk melakukan kompilasi Neraca Tingkat Nasionaly ang hasilnya dapat dilihat pada bmn.bmkg.go.id.

SIPBB tersebut dalam kurun waktu 1 tahun belakangan ini telah dikembangkan pada web dashboardnya, bahkan saat ini telah dibangun Sistem Keuangan Informasi Terpadu (SIKAT) yang dapat dikolaborasikan untuk melakukan rekonsiliasi secara internal oleh para KUPT, sehingga realisasi dari Satuan Kerja dapat dimonitor secara online dan Laporan Keuangan BMKG dapat disusun secara handal, akurat, akuntabel, tepat waktu.

Kegiatan Rekon kali ini memiliki dua sasaran penting yakni meningkatkan kualitas laporan keuangan BMKG dengan cara memperbaiki mekanisme penyusunan dan penyampaian laporan keuangan K/L kepada Menteri Keuangan serta sebagai sarana untuk menyamakan persepsi dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan BMKG oleh BPK RI.

Kegiatan Rekonsiliasi ini juga diikuti sebanyak 184 peserta yang terdiri dari para Kepala UPT di Balai Wilayah 4, petugas SAKPA dan SIMAK BMN, para instruktur dari BMKG, serta Narasumber dari Kementerian Keuangan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024