Sepenggal Kisah Dari Pulau Seribu Mesjid

  • Murni Kemala Dewi
  • 16 Agu 2018
Sepenggal Kisah Dari Pulau Seribu Mesjid

Lombok, Agustus 2018 / Air mata tumpah di Pulau Seribu Mesjid, Lombok, saat gempa berkekuatan 6.4 pada tanggal 29 Juli 2018 mengguncang pulau tersebut pada jam 06.47 WITA. Belum sempat masyarakat Lombok menghapus air mata itu, gempa kedua dengan kekuatan lebih besar yaitu 7.0 kembali datang pada tanggal 5 Agustus 2018 jam 19.46 WITA.

"Kami sedang sholat Isya saat itu. Saat merasakan bumi bergoyang, kami sempat diam sesaat, sebelum kemudian lari menyelamatkan diri keluar dari masjid ketika goncangan semakin besar" pengakuan Bapak Tarna salah satu penduduk di daerah Lading-lading kepada BMKG, saat Masjid Jabal Nur di daerah tersebut, ambruk hampir rata dengan tanah.

Gempa berkekuatan M=7.0 itu tidak hanya mengguncang Pulau Lombok, namun juga membawa ancaman potensi tsunami meskipun dalam status waspada dimana tinggi gelombang tertinggi 0.50 centimenter.

BMKG seketika langsung bergerak menurunkan beberapa tim untuk melakukan survey gempa dengan membawa 6 unit portable seismograf dan 3 unit portable akselerograf. 2 seismograf dipasang di Kecamatan Pemenang dan Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Lombok Utara. Unit yang lain akan diletakan di beberapa titik secara mobile untuk digunakan mengidentifikasi kondisi tanah setempat. Tim survey BMKG terdiri dari Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Pusat Seismologi Teknik BMKG, Pusat Intrumentasi dan Kalibrasi BMKG, Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar, Balai Besar MKG Wilayah IV Makassar, Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar, dan Stasiun Geofisika Mataram.

Tim bergerak ke titik-titik lokasi kerusakan yang terjadi akibat gempabumi, dengan tujuan melakukan survey makroseismik, pengukuran periode dominan, site class (kondisi tanah), dan sosialisasi kepada masyarakat terkait dampak gempabumi. Hasil survey sementara dari BMKG diketahui bahwa sebagian besar kerusakan disebabkan oleh kondisi tanah yang lunak dan konstruksi bangunan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tim ini akan terus mengumpulkan data, analisis, dan sosialisasi dengan tujuan akhir memetakan tingkat kerusakan di wilayah Lombok dan memperoleh hasil nilai periode dominan dan site class dari titik-titik pengukuran.

Hasil survey sementara bisa dilihat di :

https://www.instagram.com/p/Bmf8EfVHM3b/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=zlwysjvmn4ld

atau

http://www.bmkg.go.id/press-release/?p=hasil-survey-dan-pemetaan-lapangan-dengan-data-sementara-tanggal-29-juli-13-agustus-2018&tag=press-release&lang=ID

Tidak hanya menurunkan tim untuk melakukan survey, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati juga ikut terjun langsung ke lokasi-lokasi terdampak gempa untuk memberikan sosialisasi dengan tujuan memberikan penjelasan terkait gempa yang terjadi dan menyampaikan pada masyarakat Lombok untuk tidak terpengaruh berita-berita bohong yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

"Gempa bumi tidak bisa diprediksi. Tidak ada yang bisa menentukan tanggal dan jam terjadinya gempa. Oleh karena itu, jika ibu dan bapak jangan sampai mempercayai kabar bohong yang sampai berani menyebutkan tanggal dan jam terjadinya gempa yang akan datang" ungkap Kepala BMKG dihadapan para pengungsi gempa Lombok di beberapa lokasi seperti Lanud ZAM Rembiga, posko pengungsian daerah Tanjung, pengungsi di Dusun Tembobor, Lading-lading dan Pringgabaya.

Kehadiran Kepala BMKG dan tim BMKG di Lombok juga merupakan bentuk dukungan moril pada masyarakat Lombok dan sebuah pernyataan bahwa BMKG ada bersama masyarakat Lombok dalam menghadapi gempa ini. Dwikorita dalam kunjungannya ke lokasi-lokasi pengungsian juga mengajak masyarakat NTB untuk segera bangkit dari duka gempa.

"Saya berharap masyarakat Lombok dan korban gempa dapat cepat pulih dan bangkit kembali serta mampu beraktivitas seperti semula. Lombok harus segera bangkit" ungkapnya.

Kehadiran Kepala BMKG dan tim disambut baik oleh masyarakat Lombok. Mereka menyatakan bahwa bahwa kehadiran Kepala BMKG dan tim BMKG di pengungsian bersama mereka, membantu dalam memberikan ketenangan batin dan membuat ketakutan mereka berkurang dalam menghadapi gempa ini. Apalagi dengan banyaknya beredar kabar-kabar hoax yang meresahkan para pengungsi. Karena itu penjelasan dari BMKG membuat mereka semakin tenang dan paham bahwa gempa bumi kehadirannya tidak bisa diprediksi.

Terkait hal ini, Dwikorita juga meminta tim BMKG untuk turun ke lokasi-lokasi lain di pengungsian untuk menyebarkan informasi yang bisa digunakan untuk menangkal hoax, sekaligus menyampaikan hal-hal penting apa saja yang harus diperhatikan masyarakat ketika menghadapi gempa bumi. Karena jika masyarakat paham dan siap, maka ketika terjadi gempa, mereka tidak akan panik dan tahu harus berbuat apa.

Lombok memang berduka saat ini, namun warga Negeri Seribu Mesjid ini adalah warga-warga yang tangguh dan kuat. Mereka pasti akan segera bangkit dan mengembalikan kejayaan Lombok yang dikenal sebagai salah satu Destinasi Wisata Halal terbaik yang ada di dunia.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024