Sekolah Lapang Nelayan Tahap II Provinsi Kalimantan Barat

  • Hatif Thirafi
  • 26 Feb 2019
Sekolah Lapang Nelayan Tahap II Provinsi Kalimantan Barat

Pontianak - Selasa (19/2/2019), Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak menyelenggarakan Sekolah Lapang Nelayan (SLN) Tahap II Tahun 2019 di hotel Grand Mahkota. Kegiatan ini mengusung tema yaitu Tingkatkan Pemahaman Informasi Cuaca dan Iklim Maritim untuk Nelayan Aman dan Sejahtera. Kegiatan SLN ini dibuka oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc. Acara ini dihadiri pula oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat Ir. Herti Herawati, M.MA dan Kepala UPT BMKG di Kalimantan Barat.

SLN di Provinsi Kalimantan Barat diikuti oleh 25 orang praktisi di bidang kelautan dan perikanan dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat antara lain Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat, BP3 Tegal Kemen KP/Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ketapang, Dinas Kelautan dan Perikanan Kayong Utara, Dinas Perikanan Kubu Raya, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kabupaten Mempawah, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Bengkayang, Dinas Pertanian , Ketahanan Pangan dan Perikanan Kota Singkawang, Pelabuhan Perikanan Pantai Teluk Batang, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pemangkat, Dinas Perikanan , Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sambas .

Peserta SLN ini diberikan pemahaman tentang Informasi Cuaca dan Iklim Perikanan, Pemahaman Cuaca dan Iklim, Proses Pembentukan Angin, Awan, Hujan, dan Gelombang agar peserta dapat meningkatkan pemahaman, keterampilan dan pengetahuan dalam mengakses informasi cuaca maritim guna memanfaatkannya untuk antisipasi dan adaptasi terhadap dampak fenomena cuaca dan iklim ekstrim serta bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi dan menjamin keselamtan. Selain diberikan materi, peserta diberikan pula materi dinamika kelompok agar perserta dapat saling mengenal dan lebih semangat dalam mengikuti kegiatan. Pada hari ketiga dilakukan kegiatan field trip ke Darmaga Sungai Kakap. Peserta melakukan penyuluhan informasi maritim kepada para nelayan agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan.

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai wujud dukungan BMKG terhadap kegiatan pemerintah untuk mewujudkan visi misi program Nawacita tentang Kedaulatan Pangan dan Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk memberikan edukasi mengenai informasi cuaca dan iklim maritim agar nelayan dapat memahami produk informasi BMKG yang telah tersedia. Selain itu para peserta kegiatan SLN ini diharapkan dapat menjadi agen atau kepanjangan tangan BMKG untuk memperluas jaringan sehingga informasi yang diberikan oleh BMKG dapat mejangkau masyarakat yang sulit untuk mendapatkan informasinya secara langsung.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024