Sekolah Lapang Nelayan Mandiri Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020

  • Rozar Putratama
  • 19 Feb 2020
Sekolah Lapang Nelayan Mandiri Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020

Palu (22/1) Dalam rangka memberikan pemahaman tentang informasi cuaca dan iklim kemaritiman pada sektor perikanan, Stasiun Meterologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) melaksanakan Sekolah Lapang Nelayan (SLN) Mandiri Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2020.

Kegiatan yang pertama kali diselenggarakan pada tanggal 22-23Januari2020di BalaiDesa Marana Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala-Sulawesi Tengah dan yang kedua pada tanggal 10-11 Februari 2020 di Balai Desa Lombonga Kecamatan Balaesang Kabupaten Donggala-Sulawesi Tengah dengan mengambil tema "Waspada Cuaca dan Iklim untuk Nelayan Aman Sejahtera", Kegiatan SLN Mandiri ini merupakan kegiatan yang pertama kali diselenggarakan di wilayah Sulawesi Tengah.

Sekolah Lapang Nelayan (SLN) Mandiri ini diikuti oleh 28 Peserta di Desa Marana dan 38 peserta di Desa Lombonga yang terdiri dari Kelompok Nelayan yang tersebar di wilayah pesisir Kabupaten Donggala. Kegiatan ini dihadiri oleh Darmawan, S.Si, M.Si (Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar), Eko Prasetyo, M.T (Kepala Bidang Informasi Meteorologi Maritim), Dr. Donaldi Sukma Permana, M.S (Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri); Nur Alim, S.Si (Kepala Stasiun Meteorologi Klas II Mutiara Sis Al Jufri Palu); Agus, S.T (Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Majene); Ali Mustofa, S.P (Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Syukuran Aminudin Amir); Etriatulas Hakrito, S.P (Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Al Jufri), dan Aparat Desa Setempat. Sekolah Lapang Nelayan (SLN) Mandiri di Desa Marana ini dibuka secara resmi oleh Bapak Darmawan, S.Si, M.Si, dimana dalam sambutannya berharap melalui kegiatan SLN ini para Nelayan agar dapat lebih memahami akan pentingnya cuaca dan iklim dalam meningkatkan keamanan di bidang kelautan dan perikanan. Kemudian Sekolah Lapang Nelayan (SLN) Mandiri di Desa Lombonga ini dibuka secara resmi oleh Bapak NurAlim, S.Si,

Dalam Kegiatan ini para peserta diberikan pengetahuan terkait dengan pemahaman informasi cuaca dan iklim melalui modul-modul pelajaran, dengan sistem pembelajaran saling berinteraksi antara peserta dengan pemateri.

 

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024