Sekolah Lapang Iklim Sosialisasi Agroklimat Session 3 Provinsi NTB Tahun 2019

  • Ayu Isrianti Putri
  • 20 Sep 2019
Sekolah Lapang Iklim Sosialisasi Agroklimat Session 3 Provinsi NTB Tahun 2019

Mataram, 17 September 2019 - Stasiun Klimatologi Lombok Barat melaksanakan kegiatan sekolah lapang iklim sosialisasi agroklimat. Acara SLI kali ini mengusung tema "Bersama BMKG Mewujudkan Masyarakat Sadar Cuaca dan Iklim". Kegiatan yang dilaksanakan di hotel Fave Mataram selama tiga hari yaitu pada tanggal 17 s/d 19 September 2019 dan diikuti oleh 25 peserta dari seluruh wilayah di provinsi Nusa Tenggara Barat, yang terdiri dari 14 orang PPL (Petugas Penyuluh Lapangan), 10 orang POPT-PHP, 1 orang penyuluh lapangan.

Acara pembukaan dihadiri oleh pejabat dari BMKG yang diwakili oleh Marjuki, M.Si selaku Kepala Bidang Informasi Iklim Terapan dan pejabat dari BPTPH NTB diwakili oleh Muhtar Arief selaku Kepala BPTPH Provinsi NTB.

Dalam sambutannya, Marjuki yang sekaligus membuka kegiatan ini menyampaikan bahwa yang terpenting dari mengikuti SLI adalah peserta mengalami peningkatan pemahaman mengenai cuaca dan iklim. Sedangkan Muhtar Arief menyampaikan apresiasi kepada BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat atas terselenggaranya kegiatan SLI ini. SLI SOS AGRO sangat penting untuk kita karena erat kaitannya dengan pertanian dalam mengantisipasi kekeringan ekstrim yang dapat mempengaruhi hasil pertanian.

Luhur Tri Uji Prayitno, SP, M.Ling yang dalam kesempatan ini mewakili Kepala Stasiun Klimatologi Lombok Barat mengharapkan dengan adanya SLI ini para penyuluh/POPT dapat meningkatkan pengetahuan mengenai cuaca dan iklim agar dapat diterapkan di tempat kerja masing - masing. Ketua panitia SLI Sosialisasi Agroklimat 2019, Restu Patria Megantara, S.Tr dalam sambutannya menyampaikan bahwa kita perlu memasyarakatkan Sekolah Lapang Iklim SLI kepada para penyuluh pertanian sehingga keterampilan dan pengetahuan penyuluh mengenai cuaca dan iklim dapat ditingkatkan.

Dalam acara yang berlangsung selama tiga hari ini akan disajikan beberapa materi terkait cuaca dan iklim yang disampaikan oleh narasumber dari BMKG dan Dinas Pertanian. Diharapkan dengan kegiatan SLI Sosialisasi Agroklimat akan meningkatkan literasi iklim dan diseminasi iklim untuk pertanian.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024