Sekolah Lapang Iklim Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2022

  • Rozar Putratama
  • 13 Sep 2022
Sekolah Lapang Iklim Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2022

Airmadidi - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Sulawesi Utara kembali mengadakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dengan tema "Peningkatan Pemahaman Informasi Iklim untuk Petani Cerdas dan Tangguh" di Balai Kelurahan Sarongsong II, Kecamatan AIrmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Prov. Sulawesi Utara pada hari Rabu, 24 Agustus 2022.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang terkena dampak akibat adanya perubahan iklim. Salah satu indikasinya adalah kejadian cuaca dan iklim ekstrim semakin sering terjadi sehingga dapat mengancam penurunan produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Demikian pula berkembangnya hama penyakit disebabkan terganggunya pola tanam yang yang kemudian dapat mengancam hasil panen. Untuk itu dibutuhkan kepedulian terhadap cuaca dan iklim untuk mendukung ketahanan pangan serta meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.

Kegiatan SLI kali ini diikuti oleh total 40 peserta yang terdiri dari 30 orang Penyuluh Pertanian Lapang dan 20 orang petani mandiri yang tersebar di Kecamatan AIrmadidi. Di era new normal ini, kegiatan SLI dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku. Selain itu, Kepala Balai Besar Klimatologi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV memberikan sambutan dan membuka acara ini. Turut hadir perwakilan Deputi Bidang Klimatologi yang diwakili oleh Widyaiswara Utama Ibu Dra. Nurhayati, M.Sc, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Utara, Kepala BPTP dan BPPMPTH Provinsi Sulawesi Utara, Lurah Kecamatan Sarongsong, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan, Koordinator BMKG Sulawesi Utara, Kepala UPT Stasiun Klimatologi Seluruh Indonesia melalui virtual zoom.

Selama rangkaian kegiatan SLI, peserta sangat aktif dan antusias dalam menerima materi dari seluruh narasumber. Bapak Irwan Slamet, ST, M.Si menyampaikan bahwa "SLI merupakan salah satu program literasi yang ditargetkan untuk Penyuluh Pertanian, Penyuluh Organisme Pengganggu Tanaman dan Petani untuk memahami informasi iklim dan implementasinya di sektor pertanian. Saat ini, kegiatan SLI Tematik yang diselenggarakan merupakan kegiatan yang digagas oleh BMKG, bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dan pemanfaatan iklim bagi petani dan penyuluh. Hal ini merupakan upaya untuk mentransfer pengetahuan tentang ilmu iklim dasar kepada para pemangku kepentingan, istilah teknis dalam informasi iklim BMKG diterjemahkan ke dalam bahasa sehari-hari yang praktis dan mudah dipahami".

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024