Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Sampang Madura

  • HB Risya
  • 28 Okt 2022
Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Sampang Madura

Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, mempunyai potensi sumber daya alam sangat besar di sektor perikanan yang merupakan salah satu tulang punggung ketahanan pangan di Indonesia. BMKG Tanjung Perak hadir melalui kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) untuk mengedukasi Nelayan dan Stakeholder yang terlibat dalam kegiatan kelautan agar dapat memahami produk informasi cuaca sebagai bekal beraktifitas dilaut.

Pada tanggal 26 Oktober 2022 SLCN dilaksanakan di kabupaten Sampang. Bertempat di Pendopo Kabupaten Sampang dan diikuti oleh 100 peserta yang terdiri dari petugas penyuluh perikanan, masyarakat kelompok perikanan, nelayan dan para petugas dinas terkait di jajaran pemerintah daerah tingkat provinsi maupun kabupaten. Acara dibuka oleh Bupati Sampang H. Slamet Junaidi dihadiri juga oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto M.Si, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo MT, Jajaran Forkopimda Kabupaten Sampang dan Kepala UPT BMKG Provinsi Jawa Timur.

Bupati Sampang dalam sambutan pembukaannya menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan SLCN di Kabupaten sampang, karena ada 8 kecamatan yang masyarakatnya beraktifitas sebagai nelayan, dan Beliau berharap kegiatan SLCN ini membawa manfaat bagi masyarakat kabupaten sampang.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan SLCN ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan informasi cuaca sebagai salah satu antisipasi adanya bencana hidrometrologi. Pemahaman nelayan dalam penggunaan aplikasi INAWIS akan membantu dalam perencanaan kegiatan dilaut, sehingga pekerjaan menjadi efektif, sesuai target dan mendapatkan hasil yang melimpah. Ini sejalan dengan program pemerintah untuk mempertahankan kedaulatan pangan dan ketahanan pangan nasional dari sektor maritim.

Para peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan. Banyak pertanyaan yang diajukan kepada narasumber terkait pengalaman di laut. Dari hasil pre test dan post tes yang meningkat dapat dilihat bahwa peserta bisa memahami seluruh materi yang diberikan. Dan nantinya diharapkan dapat di aplikasikan untuk menunjang kegiatan dilaut.

 

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024