Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di Nusa Tenggara Timur

  • Ayu Isrianti Putri
  • 01 Nov 2021
Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Timur, 30 Oktober 2021 - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Tahun 2021 yang dilaksanakan di Aula Kantor Camat Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2021 s.d 02 November 2021 secara resmi di buka oleh Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo MT, dan juga dihadiri oleh Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Moh. Syaeful Hadi, SP

Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) merupakan kegiatan yang diselenggarakan dengan konsep sekolah lapang untuk memberikan informasi dalam pemanfaatan produk informasi cuaca dan iklim laut BMKG.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo dalam acara pembukaan SLCN mengatakan bahwa Para nelayan menyumbang devisa negara terbesar ke-2 di Indonesia, dimana kegiatan SLCN ini harus terus diadakan di seluruh Indonesia setiap tahunnya. Para nelayan diharapkan tidak lagi mencari ikan melainkan menangkap ikan.

Kegiatan SLCN bertujuan untuk memberikan pengetahuan terkait layanan informasi cuaca dan iklim maritim dari BMKG dan informasi terkait prakiraan lokasi ikan (PPDPI) yang berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Selain itu turut pula Camat Wulandoni Hadi Umar, MT; Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lembata Ir. Siprianus Meru, MM; dan staff Dinas Perikanan Lembata.

Camat Wulandoni Hadi Umar yang turut hadir juga berkesempatan memberikan testimoni bahwa Nelayan disini masih menggunakan insting saat melaut, dengan adanya informasi cuaca maritim dari BMKG maka diharapkan para nelayan dapat melihat kondisi cuaca sebelum pergi melaut sehingga menghindari dari hal-hal yang tidak diharapkan.

Selain itu, menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Siprianus Meru menyambung sambutan pada acara pembukaan SLCN mengungkapkan bahwa Kadang-kadang nelayan hilang hingga berbulan-bulan karena tidak tahu informasi cuaca dari BMKG, karena sekarang BMKG terjun langsung ke wilayah ini diharapkan para nelayan tidak lagi ada yang hilang. Oleh karena itu kegiatan SLCN ini sangat penting bagi para nelayan.

Pelaksanaan SLCN dilaksanakan dalam beberapa tahapan, dengan peserta yang berasal dari berbagai latarbelakang dan materi yang disesuaikan dengan peserta. Untuk pelaksanaan kegiatan tahun ini, peserta ditujukan kepada nelayan yang membutuhkan informasi pendukung untuk menunjang kegiatan di lapangan.

Para peserta sangat antusias dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh BMKG dan berharap Kegiatan SLCN Provinsi Nusa Tenggara Timur kedepannya dapat dilaksanakan disetiap kecamatan bukan hanya di kabupaten maupun kota saja.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024