Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di Kabupaten Takalar

  • Ayu Isrianti Putri
  • 28 Agu 2020
Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di Kabupaten Takalar

Makassar - Stasiun Meteorologi Maritim (BMKG) Paotere Makassar menggelar sekolah Lapang cuaca nelayan (SLCN) yang dilaksanakan pada tanggal 26 - 28 Agustus 2020 Di Pantai Galesong Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Penyelenggaraan SLCN ini merupakan perhelatan ke empat kalinya sejak dimulai dilaksanakan pada Tahun 2017. kegiatan ini diikuti oleh 25 orang peserta yang terdiri dari 9 orang penyuluh perikanan, 1 orang petugas syahbandar perikanan serta 15 orang perwakilan kelompok Nelayan asal kabupaten Takalar.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG bapak Guswanto, M.Si berkesempatan membuka acara SLCN kali ini, yang juga dihadiri oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar, Kepala UPT BMKG se Sulawesi Maluku dan kepala UPT BMKG Maritim seluruh Indonesia .

Dalam Arahannya, Guswanto mengatakan bahwa Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini merupakan salah satu program unggulan BMKG yang bertujan memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya nelayan tentang pentingnya pemanfaatan informasi cuaca dalam kegiatan melaut, sehingga diharapkan nelayan dapat melaut dengan aman dan dapat meningkatkan hasil tangkapan, hal tersebut sesuai dengan tema pelaksanaan SLCN Tahun 2020 ini yaitu "Dengan Informasi cuaca, melaut selamat, nelayan sejahtera dalam adaptasi kebiasaan baru".

Sebelumnya, dalam sambutannya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Takalar bapak Sirajuddin Saraba, S.Sos, MM mengatakan sangat mengapresiasi pemilihan kabupaten Takalar sebagai tempat pelaksanaan SLCN kali ini. Sirajuddin menambahkan bahwa kabupaten Takalar adalah kabupaten yang memiliki potensi perikanan yang besar di Sulawesi Selatan bahkan sedang mengembangkan komoditas-komoditas baru yang tentu saja sangat membutuhkan informasi cuaca sehingga berharap agar kolaborasi dengan BMKG bisa semakin ditingkatkan.

Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini dilaksanakan dengan tetap mengikuti protocol Kesehatan pencegahan COVID-19 dimana seluruh peserta dan narasumber diwajibkan memakai masker dan menjaga jarak. (Ed. Humas)

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024