Rekonsiliasi Laporan Keuangan di Lingkungan BBMKG Wilayah II, Wujudkan Pengadaan Barang dan Jasa yang Clean, Clear, dan Qualified

  • Hatif Thirafi
  • 17 Jan 2022
Rekonsiliasi Laporan Keuangan di Lingkungan BBMKG Wilayah II, Wujudkan Pengadaan Barang dan Jasa yang Clean, Clear, dan Qualified

Bandung - Balai Besar MKG Wilayah II menggelar Rekonsiliasi Laporan Keuangan Semester II Tahun Anggaran 2021. Kegiatan yang akan berlangsung selama 4 hari mulai tanggal 17-20 Januari 2022 ini dilaksanakan untuk menyusun laporan keuangan yang memenuhi Standar Akuntansi Keuangan, serta meningkatkan keahlian dan kemampuan personil/petugas SAIBA dan SIMAK BMN, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan profesional.

Mengusung tema "Melalui Penyusunan Laporan Keuangan Semester II Tahun 2021 yang Akuntabel dan Berkualitas Kita Pertahankan Opini WTP", kegiatan ini diikuti oleh peserta yang terdiri dari Kepala UPT dan petugas SAIBA dan SIMAK BMN di lingkungan BBMKG Wilayah II, instruktur dari kantor BMKG Pusat, serta supervisor dari DJPB dan DJKN Kementerian Keuangan.

Pembukaan rapat rekonsiliasi dihadiri dan dibuka oleh Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi BMKG, Muhamad Sadly. Dalam sambutannya, Sadly menekankan target untuk kembali meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk Laporan Keuangan TA 2021. Untuk itu, ia meminta pelaku Pengadaan Barang/Jasa melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional dan beretika sesuai dengan Perpres No. 12 Tahun 2021.

"Kita berharap agar mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok untuk mewujudkan Pengadaan Barang dan Jasa yang Clear, Clean, and Qualified demi menjaga keselamatan dan memajukan kesejahteraan bangsa," ujarnya.

Sadly melanjutkan, tahun 2022 merupakan tahun tantangan bagi BMKG untuk tetap mempertahankan serta meningkatkan penyerapan anggaran APBN BMKG yang akan mendukung prioritas Pembangunan Nasional serta Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, dengan tetap mengedepankan prinsip serta etika pengadaan barang dan jasa.

Deputi Inskalrekjarkom tersebut mengajak jajaran BMKG tetap bekerja keras dan bersungguh sungguh serta berupaya mempertahankan capaian atas opini BPK RI di tahun-tahun mendatang.

"Penting saya sampaikan bahwa bukan capaian WTP tersebut yang menjadi tujuan utama kita, namun yang lebih utama adalah bentuk pertanggungjawaban kepada bangsa dan negara atas kepercayaan pelaksanaan dan penggunaan anggaran yang diamanatkan kepada kita," tutup Sadly.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024