Rayakan Hari Meteorologi Dunia ke-73, Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat Laksanakan Kegiatan Konferensi Pers Prakiraan Musim Kemarau 2023

  • Rozar Putratama
  • 27 Mar 2023
Rayakan Hari Meteorologi Dunia ke-73, Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat Laksanakan Kegiatan Konferensi Pers Prakiraan Musim Kemarau 2023

Bertempat di Pontianak, pada tanggal 21 Maret 2023 telah dilakukan press conference prakiraan musim kemarau 2023 Provinsi Kalimantan Barat secara hybrid (offline dan online). Kegiatan tersebut dihadiri oleh media serta stakeholder terkait di Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat.

Kepala Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat, Bapak Luhur Tri Uji Prayitno, SP, M.Ling dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan press release prakiraan musim kemarau 2023 Provinsi Kalimantan Barat merupakan bagian dari kegiatan rutin yang dilakukan dua kali dalam setahun yaitu prakiraan musim hujan dan musim kemarau. Kegiatan press release kali ini sekaligus untuk memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-73 Tahun 2023 dengan tema Cuaca, Iklim dan Air di Masa Depan Untuk Lintas Generasi. Oleh sebab itu dalam kegiatan press conference prakiraan musim kemarau 2023 disertai juga dengan kegiatan seminar ilmiah yang berkaitan dengan topik tersebut.

Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan press release musim kemarau 2023 Provinsi Kalimantan barat menyampaikan bahwa BMKG Pusat telah berkoordinasi dengan Kementrian maupun Lembaga terkait, yang dikoordinasikan oleh Kemenko Marves. Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau. Pelajaran dari kejadian El Nino tahun 2015, masyarakat maupun stakeholder terkait dapat menggalakkan aksi pencegahaan dini, sehingga informasi prakiraan musim kemarau dari BMKG dapat menjadi peringatan dini dengan adanya potensi El Nino lemah. Oleh sebab itu diharapkan semua pihak terkait dapat mempersiapkan kondisi tersebut untuk melakukan aksi dini dari potensi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat.

Dalam kegiatan ini terdapat dua orang narasumber yang memberikan paparannya yaitu Koordinator Bidang Observasi dan informasi, Ismaharto Adi, S.Kom serta prakirawan Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat Firsta Zukhrufiana Setiawati, S.Tr, M.T, yang dipandu oleh moderator Fanni Aditya, S.Si, M.Ling. Dalam paparan yang berjudul "Triple Dip La Nina and Its Impacts on hidrometeorological disasters in West Kalimantan (2020-2023)", Firsta menyampaikan bahwa dalam tiga tahun terakhir telah terjadi La Nina secara beruntun. Kondisi tersebut merupakan kejadian langka yang jarang terjadi. Dampak dari Triple Dip La Nina memicu kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor di Kalimantan Barat. Sedangkan Ismaharto dalam paparan yang berjudul "informasi prakiraan musim kemarau 2023 Provinsi Kalimantan barat" menyampaikan bahwa awal musim kemarau 2023 di Kalimantan Barat dimulai pada bulan Juni das III (21-30 Juni) hingga Juli das I (01-10 Juli) 2023. Jika dibandingkan dengan normal periode 1991-2020, maka awal musim kemarau 2023 diprakirakan maju (lebih cepat) dua hingga tiga dasarian dari normalnya. Sifat hujan Musim Kemarau 2023 diprakirakan Normal hingga Bawah Normal. Puncak Musim Kemarau 2023 umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Juli 2023 dan Agustus 2023.

Koordinator Bidang Litbang Klimatologi BMKG, Dr. Donaldi Sukma Permana, MS hadir untuk memeriahkan kegiatan Hari Meteorologi Dunia ke -73 di Kalimantan Barat. Dalam kesempatan tersebut diceritakan pengalaman pengamatan pencairan es di puncak Gunung Jayawijaya, Papua. Adanya pemanasan global maupun kejadian El Nino dapat menyebabkan pencairan es di puncak Gunung Jayawijaya mencair lebih cepat. Pengamatan tersebut merupakan salah satu kontribusi BMKG untuk menyediakan informasi perubahan iklim di Indonesia.

Kegiatan press conference prakiraan musim kemarau 2023 ditutup oleh Koordinator UPT BMKG Provinsi Kalimantan Barat, Kepala Stasiun Meteorologi Supadio, Bapak Nanang Buchori, SP. Dalam kata penutupnya disampaikan bahwa dengan telah disampaikan informasi prakiraan musim kemarau 2023 provinsi Kalimantan Barat, diharapkan kepada para peserta yang hadir secara offline maupun online untuk dapat menyebarluaskan informasi ini kepada stakeholder maupun masyarakat sehingga lebih siap untuk melakukan aksi dini dalam menghadapi musim kemarau 2023 di Kalimantan Barat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024