Rapat Pendahuluan Pembahasan RKA-K/L dan RKP 2018

  • Murni Kemala Dewi
  • 07 Jul 2017
Rapat Pendahuluan Pembahasan RKA-K/L dan RKP 2018

Jakarta- Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng didampingi oleh Sekretaris Utama BMKG, Dr. Widada Sulistya, DEA, Deputi Bidang Meteorologi, DR. Yunus Subagyo Swarinoto, M.Si, Deputi Bidang Klimatologi, Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc, Deputi Bidang Geofisika, Dr. Ir. Muhamad Sadly, M.Eng serta Deputi Bidang Inkalrekjarkom, Drs. Untung Merdijanto, M.Si serta beberapa pejabat Eselon 2, 3 dan 4 BMKG, menghadiri Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi V DPR RI di Gedung DPR/MPR, Senayan (5/7). Komisi V DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan BMKG, Kementrian Perhubungan dan BNPP untuk melakukan pembahasan pendahuluan mengenai RKA-K/L dan RKP 2018.

Dalam uraiannya saat RDP, KBMKG menyampaikan bahwa:

  1. Untuk TA.2018 BMKG mengusulkan anggaran sesuai RENSTRA 2015-2019 sebesar Rp 2,697 Triliun dan mendapat Pagu Indikatif TA.2018 sebesar Rp 1,702 Triliun, sehingga terdapat backlog sebesar Rp 994,5 Milyar;
  2. Berdasarkan Dokumen Trilateral Meeting RKP 2018 (KEMENKEU RI, BAPPENAS dan BMKG), Pagu Indikatif TA. 2018 mengalami Pergeseran Antar Program Dengan Pagu Tetap, yaitu pergeseran Rupiah Murni dari Program PPMKG ke Program DMPTL sebesar 45,794 Milyar;
  3. BMKG mendukung 2 Program Prioritas Nasional - PN Tahun 2018 yaitu : a). Pengembangan Dunia Usaha Dan Pariwisata (Pemasangan LLWAS di 2 Bandara ) dan b). Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman (Pemasangan AWOS di 30 Bandara);
  4. Total backlog anggaran dalam 4 tahun terakhir (2015 sd 2018), sebesar Rp 2,768 Triliun.

Setelah mendengarkan semua uraian dari Mitra Kerja dan melakukan tanya jawab, Ketua Komisi V DPR RI akhirnya membacakan beberapa kesimpulan diantaranya adalah Komisi V DPR RI memahami Pagu Indikatif BMKG Tahun 2018 sesuai dengan Surat Bersama KEMENKEU RI dan Menteri PPN / Kepala BAPPENAS sebesar Rp 1,702 Triliun terdapat backlog, oleh karena itu Komisi V DPR RI akan memperjuangkan kenaikan Pagu Indikatif Tahun 2018 BMKG untuk membiayai program-program prioritas sesuai dengan mekanisme pembahasan RUU tentang APBN di DPR RI.

Selain itu Komisi V DPR RI meminta BMKG untuk menyesuaikan Alokasi Anggaran Belanja dalam penyusunan program dan kegiatan pada RKA K/L APBN Tahun 2018 berdasarkan usulan dan pendapat Komisi V DPR RI dalam memperjuangkan program pembangunan yang berskala nasional, termasuk program pembangunan aspirasi daerah.

Komisi V DPR RI menyatakan sepakat dengan BMKG untuk melakukan pendalaman terhadap alokasi anggaran unit organisasi, fungsi dan program masing-masing Eselon I dalam RAPBN Tahun anggaran 2018 dalam Rapat Dengar Pendapat selanjutnya. Komisi V DPR RI juga meminta BMKG untuk meningkatkan pola komunikasi dan kerjasama kemitraan dalam rangka meningkatkan aspek keselamatan, keamanan dan kelancaran pelayanan transportasi nasional.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024