Rangkaian Kunjungan IBM ke BMKG dan Design Thinking Workshop on PDL Sensor, PAIRS Data Analytics untuk Pengembangan Sensor Gempa

  • Rozar Putratama
  • 14 Nov 2018
Rangkaian Kunjungan IBM ke BMKG dan Design Thinking Workshop on PDL Sensor, PAIRS Data Analytics untuk Pengembangan Sensor Gempa

Denpasar - (Jumat 9/11) dilakukan Design Thinking Workshop on PDL Sensor, PAIRS Data analytics di Kantor IBM Indonesia, Plaza Indonesia Jakarta.

Pada workshop tersebut digali berbagai potensi tantangan dan kesempatan yang dapat dikembangkan untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia dimasa depan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh tim IBM Indonesia Santi Diansari Sarino Hargianto sebagai Country Manager Corporate Citizenship/ CSR IBM Indonesia dan 2 peneliti IBM asal Indonesia yaitu Dr. Oki Gunawan (IBM Watson Research New York, USA) Penemu PDL Sensor Gempa dan Dr. Harry Raymond (IBM WATSON Research Tokyo, Japan) ahli Quantum Computing penemu PAIRS data analitycs . Selain itu hadir dari IBM USA Dr. Juriz Parrazazck (IBM Corporate Citizenship & IBM Watson Research) dan Rebecca Curzon (IBM Global Corporate USA leader for Disaster Program). Peserta workshop berasal dari BMKG Pusat, BMKG Wilayah III Bali, BPPT dan PT. LEN.

Pada kesempatan ini BBMKG Wilayah III Bali diwakili oleh Kepala Balai BMKG Bali Drs. M.Taufik Gunawan, Dipl. Seis, dan Kepala Bidang Data dan Informasi Iman Fatchurochman, S.Si, M.DM menyampaikan kondisi terkini Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia utamanya kebutuhan penambahan sensor gempabumi untuk pelayanan Informasi gempabumi dan Tsunami lebih cepat dan lebih akurat. Selain Itu Drs. Taufik Gunawan juga memberikan beberapa masukan atau rekomendasi untuk pengembangan sensor PDL yang ditemukan oleh Dr. Oki Gunawan. Diantaranya adalah untuk melengkapi komponen vertikal, sensitifitas sensor, damping factor, laboratorium test, field test dengan eksisting mini regional BMKG network seperti di Padang, dan melakukan konsultasi dengan pembuat sensor trilium, lenartz dan sebagainya.

Workshop ini merupakan workshop kedua sebagai salah satu rangkaian tindak lanjut kunjungan dari International Business Machines Corporation (IBM) dan Wahana Visi Indonesia (WVI) dikantor BBMKG Wilayah III Denpasar dan Stasiun Geofisika Sanglah tanggal 5-6 Nopember 2018 lalu.

Sebelumnya telah diselenggarakan juga workshop pertama tanggal 2 November 2018 di Kantor Pusat BMKG yang dibuka oleh Deputi Bidang Geofisika BMKG Dr Ir Muhamad Sadly M.Eng dengan paparan dari pihak IBM New York (Dr. Oki Gunawan PhD) tentang Pararel Dipole Line (PDL) sebagai inovasi dari sensor gempa terbaru yang diharapkan lebih canggih dan low cost, dan paparan dari IBM Tokyo (Dr Harry Raymond) mengenai Physical Analytics Integrated Data Repository and Services (PAIRS) yang merupakan salah satu program Big Data Intelligence untuk Impact Based Warning.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024