Potensi Cuaca Sepekan Kedepan di Indonesia Pada Umumnya dan Sulawesi Selatan Pada Khususnya (Update 19 Januari 2023)

  • Miftah Fauziah
  • 19 Jan 2023
Potensi Cuaca Sepekan Kedepan di Indonesia Pada Umumnya dan Sulawesi Selatan Pada Khususnya (Update 19 Januari 2023)

ANALISIS DINAMIKA ATSMOFER

Saat ini termonitor beberapa dinamika atmosfer yang dapat memicu potensi hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia sebagai berikut;
Saat ini Monsun Asia masih cukup aktif di wilayah Asia.

Sementara itu potensi seruakan dingin dan aliran intas ekuator tidak terlalu aktif saat ini, tapi masih dapat meningkat dalam sepekan kedepan yang dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan pertumbuhan awan hujan disekitar wilayah Indonesia.

Gelombang Rossby Ekuator dan Gelombang Kelvin saat ini cukup aktif di wilayah timur Indonesia dan turut memicu potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan.

Sementara itu pola Sirkulasi Siklonik terpantau di Selat Karimata, di Perairan Selatan dari Filipina, di Samudera Hindia Utara Papua, dan di Australia bag utara yang membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang terkonsentrasi di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan, Jawa bagian barat hingga bagian utara, Nusa Tenggara, Kalimatan Selatan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, serta Papua bagian utara dan selatan.

POTENSI CUACA WILAYAH SULAWESI SELATAN

Khusus untuk wilayah Sulawesi Selatan, potensi hujan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi di sebagian besar Sulawesi Selatan. Sedangkan wilayah yang berpotensi angin kencang terkonsentrasi di pesisir selatan dan barat Sulawesi Selatan dalam sepekan kedepan.

POTENSI CUACA SAAT IMLEK 22 JANUARI 2023

Sementara itu khusus untuk periode Imlek yang jatuh pada tanggal 22 Januari 2023, potensi hujan intensitas SEDANG-LEBAT tidak merata perlu diwaspadai di SEBAGIAN wilayah berikut ; Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

POTENSI UMUM CUACA INDONESIA

Untuk periode sepekan kedepan (tanggal 19-25 Januari 2023) perlu diwaspadai di beberapa wilayah di Indonesia yang masih berpotensi HUJAN SEDANG-LEBAT di sebagian wilayahsebagai berikut:

Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

CUACA PENERBANGAN

Untuk sepekan kedepan (19-25 Januari 2023) pertumbuhan Awan Cumulonimbus;

  • Persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL / Occasional) selama 7 hari kedepan diprediksi terjadi di: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Perairan barat Sumatera, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Laut Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
  • Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial >75% (FRQ / Frequent) selama 7 hari kedepan diprediksi terjadi di: Perairan Aceh, Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur.

CUACA MARITIM

Untuk sepekan kedepan (19-25 Januari 2023) potensi gelombang signifikan di area Perairan;

  • Area Perairan Dengan Gelombang 4.0 - 6.0 (Sangat Tinggi); Laut Natuna Utara, Perairan Utara Natuna, Perairan Utara Anambas.
  • Gelombang 2.5 - 4.0 m (Tinggi); Perairan Barat Kep. Mentawai, Perairan Barat Kep. Enggano, Perairan Barat Lampung, Samudra Hindia Barat Aceh hingga Nias, Samudra Hindia Barat Kep. Mentawai - Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa, Perairan selatan Bali - NTB, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTB, Selat Bali - Alas - Lombok bagian Selatan, Perairan Kep. Subi - Serasan, Perairan Sangihe - Talaud, Laut Maluku Utara, Perairan Utara Halmahera, Samudra Pasifik Utara Halmahera - Biak, Laut Arafuru bagian tengah dan timur.

Potensi Banjir Pesisir (Rob) tanggal 19 - 29 Januari 2023, terjadi bersamaan dengan fenomena Super New Moon atau fase Bulan baru yang disertai dengan Perigee ( jarak terdekat bulan ke bumi ). Banji rob diperkirakan terjadi di beberapa wilayah :

  • Pesisir Aceh
  • Pesisir Sumatera Utara
  • Pesisir Sumatera Barat
  • Pesisir Lampung
  • Pesisir Kep. Riau
  • Pesisir Bangka Belitung
  • Pesisir Banten
  • Pesisir utara DKI Jakarta
  • Pesisir Jawa Barat
  • Pesisir Jawa Tengah
  • Pesisir Jawa Timur
  • Pesisir Bali
  • Pesisir Nusa Tenggara Barat
  • Pesisir Nusa Tenggara Timur
  • Pesisir Kalimantan Barat
  • Pesisir Kalimantan Tengah
  • Pesisir Maluku Utara
  • Pesisir Maluku
  • Pesisir utara Papua
  • Pesisir Papua Selatan

REKOMENDASI

Pihak-pihak terkait diharapkan melakukan persiapan antara lain:

  1. Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
  2. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
  3. Masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut.
  4. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
  5. Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi).
  6. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.
  7. Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia, melalui :

  • Website BMKG https://www.bmkg.go.id, untuk prakiraan cuaca hingga level kecamatan;
  • Akun media sosial @infobmkg;
  • Aplikasi iOS dan android "Info BMKG";
  • Call center 196 BMKG;
  • atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Jakarta, 19 Januari 2023
Deputi Bidang Meteorologi

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024