Posko Lebaran Terpadu, Prakiraan Cuaca Berbasis Digital Level Kecamatan

  • Taufiq Kurniawan
  • 27 Apr 2018
Posko Lebaran Terpadu, Prakiraan Cuaca Berbasis Digital Level Kecamatan

Jakarta - Kamis (26/4), setelah launching Prakiraan Cuaca Berbasis Digital atau yang disebut National Disaster Forecaster (NDF) pada level kecamatan pada 23 Maret 2018, BMKG dibawah Kedeputian Bidang Meteorologi menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) Posko Angkutan Lebaran Terpadu 2018 di Hotel Swissbell Mangga Besar. Posko Terpadu ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya para pemudik lebaran dalam mendapatkan informasi prakiraan cuaca sehingga zero accident.

NDF merupakan konsep pembuatan prakiraan cuaca berbasis digital. Prakiraan yang dibuat oleh forecaster dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Koordinator di-input dalam suatu sistem aplikasi berbasis web dengan output produk prakiraan cuaca yang dapat didesiminasikan secara otomatis ke pengguna.

Berbeda dari pada tahun sebelumnya, NDF mengalami peningkatan dari level kabupaten ke level kecamatan yang juga diikuti meningkatnya waktu prakiraan (time range) dari 3 menjadi 7 hari. Menurut Kepala Pusat Meteorologi Publik, Dra. Nurhayati, M.Sc keikutsertaan BMKG pada Posko Terpadu tersebut merupakan implementasi dari kegiatan penguatan informasi Meteorologi Publik yang bertujuan untuk memberikan pelayanan jasa informasi meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang cepat, tepat dan akurat.

"Tidak sekedar cepat, tepat, dan akurat tapi perlu juga eye catching", ujar Deputi Bidang Meteorologi Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo M.Sc menambahkan. Menurutnya, tampilan eye catching ini sangat penting, sehingga masyarakat dapat menikamati informasi yang terdapat dalam NDF. Selanjutnya Prabowo mengingatkan peningkatan level dan time range ini dibutuhkan effort yang lebih dibandingkan sebelumnya.

Rakor Posko Terpadu tersebut berlangsung selama tiga hari (26-28/4) dengan dihadiri 66 peserta yang terdiri dari 33 KUPT beserta forecaster NDF, dan 7 peserta UPT Stasiun pendukung NDF. Melalui kegiatan rakor ini, diharapkan para koordinator daerah dapat menyediakan informasi prakiraan cuaca per kecamatan untuk jalur darat, laut, udara serta informasi terkait lainnya. Sesuai Keputusan Kementerian Perhubungan, Posko Terpadu tersebut akan dilaksanakan pada 7 hingga 28 Juni 2018.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024