Pertemuan BMKG dan Fakultas Teknik UGM: Sinergi dalam Menangani Perubahan Iklim

  • Kholis Nur Cahyo
  • 05 Okt 2023
Pertemuan BMKG dan Fakultas Teknik UGM: Sinergi dalam Menangani Perubahan Iklim

Jakarta, 5 Oktober 2023 - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar pertemuan strategis yang bertujuan untuk membahas berbagai aspek terkait perubahan iklim. Pertemuan ini, yang digelar di ruang CEWS BMKG, menjadi wadah bagi akademisi dan praktisi dalam rangka berdiskusi, bertukar gagasan, dan memperkuat sinergi dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Kehadiran virtual dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) turut menghadirkan perspektif pemerintah dalam pertemuan ini, menunjukkan komitmen bersama untuk mengatasi perubahan iklim. Dalam upaya meningkatkan link and match antara berbagai sektor, pertemuan daring ini menjadi salah satu langkah penting untuk menyatukan pemikiran dan upaya dalam menangani isu perubahan iklim.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, memberikan sambutan pembukaan pertemuan ini dengan menekankan urgensi kolaborasi dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin kompleks. "Melalui pertemuan ini, kami berharap dapat menghasilkan ide-ide inovatif untuk langkah-langkah konkret dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," ucapnya.

Plt. Deputi Klimatologi dan Kepala Pusat Perubahan Iklim BMKG turut berperan aktif dalam pertemuan ini menyajikan pemahaman yang kuat tentang dinamika iklim, produk hasil olahan data klimatologi, dan upaya-upaya penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Sementara itu, UGM juga turut berkontribusi dalam pertemuan ini dengan menghadirkan delegasi yang kuat, termasuk Dekan Fakultas Teknik, Wakil Dekan, Ketua Senat, Sekretaris Senat, dan anggota senat. Mereka membawa perspektif akademis yang berharga dan komitmen dalam mendukung langkah-langkah nyata dalam menghadapi perubahan iklim, serta memberikan wawasan mendalam tentang entropi, adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim.

Pertemuan ini tidak hanya berlangsung di ruang CEWS, tetapi juga melibatkan kunjungan ke ruang operasional INATEWS, MEWS, serta ruang kalibrasi peralatan operasional utama BMKG. Hal ini memungkinkan para peserta untuk lebih memahami kerja BMKG dalam memantau perubahan iklim dan memberikan solusi yang lebih baik.

Kolaborasi yang dihasilkan dari pertemuan ini diharapkan akan menjadi landasan untuk langkah-langkah berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata. BMKG, UGM, dan Kemendikbudristek bersama-sama menyusun upaya konkret dalam melindungi lingkungan dan meraih keberlanjutan iklim yang lebih baik.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024