Perkuat Generasi Muda Tangguh Bencana, Stasiun Klimatologi Jawa Barat Selenggarakan Program BREAK (BMKG's Junior, Ready Kids)

  • Hatif Thirafi
  • 09 Jan 2023
Perkuat Generasi Muda Tangguh Bencana, Stasiun Klimatologi Jawa Barat Selenggarakan Program BREAK (BMKG's Junior, Ready Kids)

Bogor - Stasiun Klimatologi Jawa Barat telah sukses mengadakan program percontohan edukasi kepada Gen Z dan Alpha yakni program BREAK pada Selasa (3/1/2023). BREAK merupakan akronim dari BMKG's Junior, Ready Kids dengan tagline "Aku Siap Selamat !".

BREAK adalah kegiatan edukasi yang menyenangkan dengan metode Fun Activities seperti bermain games, menyusun puzzle, bernyanyi, menari, mewarnai, membuat eksperimen sederhana tentang pembentukan hujan dan puting beliung, dan tidak lupa pula kegiatan simulasi gempa dan melihat peralatan di taman alat BMKG.

Program BREAK dilatarbelakangi oleh tingginya angka bencana di wilayah Prov. Jawa Barat serta data BNPB yang menyatakan bahwa 44% korban bencana gempa Cianjur adalah anak-anak. Tiga tujuan utama dari program BREAK adalah mengenalkan anak tentang BMKG tempat dimana orang tua mereka bekerja, menumbuhkan awareness dan preparedness culture sejak dini, memperkuat generasi muda, serta mendorong anak-anak menjadi generasi tangguh bencana dan mengkatalisator duta-duta cilik "Ready Kids" yang lebih sadar dan tangguh bencana.

BREAK seri pertama ini diikuti oleh anak-anak dari pegawai Stasiun Klimatologi Jawa Barat dengan kategori level Pendidikan TK dan SD, dengan jumlah peserta yaitu sekitar 30 anak dengan komposisi 6 orang anak TK dan 24 orang anak SD.

Kegiatan ini meninggalkan kesan di hati anak-anak. Beberapa anak menceritakan pengalamannya setelah mengikuti program BREAK, salah satunya adalah Safira yang bercerita tentang cara selamat dari gempa. Sebagian anak-anak lainnya masih memainkan botol percobaan puting beliungnya sambil bersenandung "lagu Gempa".

"Aku tadi diajarin kalo ada gempa harus ngapain, ada lagunya mi. Umi tau gak? Aku juga main puzzle, terus dapat hadiah. Pokoknya seru deh mi," cerita Safira sepulangnya dari BREAK.

Dengan metode yang tepat dan pendekatan yang sesuai dengan karakter anak, diharapkan dapat memperkuat generasi muda sejak dini menjadi generasi yang lebih siap dan siaga menghadapi potensi bencana. BREAK seri selanjutnya akan dibuka untuk umum dan masyarakat bisa mengikuti kegiatan ini melalui informasi dari Instagram @bmkg_jawabarat.

 

Ditulis oleh : Asri Rachmawati

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024