Perkuat Bali Sebagai Back Up InaTEWS, Kepala BMKG Lakukan Kunjungan Kerja ke Gubernur Prov. Bali

  • Ibrahim
  • 16 Nov 2019
Perkuat Bali Sebagai Back Up InaTEWS, Kepala BMKG Lakukan Kunjungan Kerja ke Gubernur Prov. Bali

Bali (16/8) - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melakukan pertemuan dengan Gubernur Bali, I Wayan Koster. Kunjungan kerja yang berlangsung di rumah dinas Gubernur Prov. Bali tersebut bertujuan untuk menginformasikan, bahwa BMKG Prov. Bali sebagai back up nasional sistem Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). Selain itu juga menyampaikan program-program yang sudah berjalan dan akan dilanjutkan di provinsi Bali, seperti Sekolah Lapang Iklim (SLI), Sekolah Lapang Nelayan (SLN), dan Sekolah Lapang Geofisika (SLG).

Gubernur memberikan respon positif terhadap program-program BMKG yang mendukung Bali dari bencana, seperti : cuaca ekstrim, gempabumi dan tsunami. Terkait sekolah lapang yang diselenggarakan BMKG, pemerintah provinsi akan menindaklanjuti dengan melaksanakan Forum Group Discussion (FGD) antara BMKG, BPBD, Dinas Kelautan dan Dinas Pertanian seluruh Kab/Kota di Provinsi Bali.

Pada kesempatan tersebut, Dwikorita juga menyampaikan bahwa Bali menjadi salah satu prioritas penguatan, dikarenakan Bali sebagai destinasi wisata internasional sehingga perlu memberikan rasa aman dan nyaman terhadap wisatawan domestik maupun asing. Selain itu karena Bali juga merupakan back up nasional sistem InaTEWS. Oleh karena itu perlu untuk merapatkan dan menguatkan jaringan pendeteksi gempa di Provinsi Bali.

Dalam rangka peningkatan jaringan sensor gempabumi, Dwikorita juga menyampaikan tahun ini BMKG telah melakukan pembangunan 2 shelter seismik di Provinsi Bali, tepatnya di Kecamatan Kintamani - Bangli dan Nusa Penida-Klungkung. Disamping itu beliau juga menyampaikan laporan Gempabumi yang baru saja terjadi di daerah Seririt-Buleleng dengan skala M 5.1 yang cukup membuat warga Buleleng panik sehingga menimbulkan keresahan akibat banyak beredarnya informasi hoax di masyarakat.

Disela-sela kunjungan tersebut, Gubernur Wayan juga menyampaikan permasalahan sampah tahunan tiap memasuki musim penghujan yang disinyalir sebagai sampah kiriman akibat arus laut. Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Taufik Gunawan merekomendasikan untuk mengantisipasinya dengan menyiapkan tim dari dinas kebersihan di Pesisir Barat Pulau Bali dan menyiapkan jaring untuk memfilter sampah di laut sehingga tidak masuk ke area pantai tempat wisatawan berkunjung.

Pertemuan tersebut ditutup dengan pemberian souvenir dari Kepala BMKG kepada Gubernur Bali berupa buku Gejer Bali, laporan Gempa Buleleng, poster Gempabumi dan Tsunami, buletin ICIG (Informasi Cuaca, Iklim dan Gempabumi), dan buku data klimatologi provinsi Bali.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024