Peringati Hari Meteorologi Dunia Ke-74, BMKG Provinsi Jawa Barat Gelar Webinar "Climate Action sebagai Langkah Nyata Adaptasi dan Mitigasi Iklim"

  • Dian Endah
  • 26 Mar 2024
Peringati Hari Meteorologi Dunia Ke-74, BMKG Provinsi Jawa Barat Gelar Webinar "Climate Action sebagai Langkah Nyata Adaptasi dan Mitigasi Iklim"

Bandung, 26 Maret 2024 - Dalam rangka peringatan Hari Meteorologi Dunia Ke-74, BMKG Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan webinar secara daring dengan tema "Climate Action Sebagai Langkah Nyata Adaptasi dan Mitigasi Iklim di Provinsi Jawa Barat" pada Selasa (26/3).

Webinar dibuka langsung secara daring oleh Pj Gubernur Provinsi Jawa Barat, Bey Machmudin, "Jawa Barat memiliki 27 Kabupaten/Kota dengan potensi bencana yang berbeda serta indeks risiko bencana yang beragam. Hampir di berbagai kunjungan bencana, memerlukan data dan informasi BMKG pada upaya penanggulangan bencana. Menjadi penting bagi seluruh unsur pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk memiliki akses data dan informasi yang dirilis oleh BMKG".

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menjadi keynote speaker yang diwakili oleh Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto menyampaikan peran penting mitigasi dan adaptasi sebagai langkah nyata pengantisipasian dan pengurangan dampak perubahan iklim.

Dalam kesempatannya, Guswanto menyoroti fenomena perubahan iklim dengan menyampaikan state of climate terbaru yang menyatakan bahwa "beberapa indikator perubahan iklim telah memecahkan rekor baru pada tahun 2023". Guswanto menegaskan kepada seluruh jajaran BMKG dan stakeholder untuk segera bertindak mewujudkan mitigasi dan adaptasi, sehingga BMKG dapat menjadi pioner pelaksana tindak nyata pembangunan ketahanan bangsa.

Secara lebih lanjut, Guswanto menyampaikan salah satu upaya untuk mencegah perubahan iklim adalah melalui koordinasi. Komunikasi intensif dan efektif antar lembaga dan masyarakat diperlukan guna memastikan BMKG dapat diterima dan memberi manfaat yang lebih nyata dalam mengantisipasi dan mengurangi dampak cuaca ekstrim. Hal ini selaras dengan hasil tiga materi webinar yang mengambil tema "Early Warning for All", "Strategi Adaptasi dan Mitigasi Iklim", dan "BARATA: Media Keterbukaan Informasi Kebencanaan".

Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim perlu dimasifkan guna mendukung keberhasilan seluruh lini kehidupan. Guswanto menyampaikan harapannya bagi BMKG untuk maju menjadi garda terdepan pada aksi perubahan iklim dengan terus menguatkan kerjasama, inovasi, kolaborasi, serta diskusi antar praktisi dan pakar untuk menjawab tantangan iklim dan membangun resilience berkelanjutan.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024