Peresmian Gedung dan Operasional Radar Cuaca di Stasiun Meteorologi Kelas III Tebelian Sintang

  • Rachmat Hidayat
  • 16 Agu 2018
Peresmian Gedung dan Operasional Radar Cuaca di Stasiun Meteorologi Kelas III Tebelian Sintang

Sintang - Kalbar, (15/8). Seperti yang kita ketahui wilayah Indonesia sering terjadi bencana hidrometeorlogi, seperti hujan lebat, puting beliung, angin kencang, tanah longsor. Bahkan, kejadian cuaca ekstrim, seperti gelombang tinggi. Sesuai UU Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika N0. 31 tahun 2009, BMKG selalu memberikan menyediakan informasi peringatan dini cuaca, sehingga dapat meminimalisir resiko bencana melalui pembangunan sistem dan infrastruktur yang dapat mendukung keakuratan dan kecepatan informasi peringatan dini cuaca.

Rabu pagi,. Bupati Sintang dr. H. Jarot Winarno, M.Med Ph di dampingi Deputi Bidang Meteorologi BMKG Drs. Mulyono Rahadi Prabowo, MSc meresmikan Gedung dan Operasional Radar Cuaca Sintang, dengan disaksikan oleh DPRD Sintang, Komandan Kodim 1205 Sintang, Kapolres Sintang, Kepala Bandara Sintang, Raja Sintang, Kepala BBMKG Wilayah II Tangsel beserta KUPT Wilayah Kalbar dan Pejabat BMKG Pusat di Kompleks Bandar Udara Tebelian Sintang.

Prabowo mengatakan BMKG telah membangun Gedung Radar Cuaca di kawasan Bandara Tebelian Sintang Kalimantan Barat sejak tahun 2017 lalu. Menurutnya, Radar cuaca ini mampu mendeteksi fenomena cuaca .

"Radar cuaca jenis C-band Dual Polarisasi ini merupakan radar cuaca milik BMKG yang ke-41 tersebar di seluruh Indonesia, sementara untuk mempresentasikan wilayah Indonesia yang luas diperlukan paling sedikit 60 radar cuaca", jelasnya .

Diungkapkan, Radar cuaca ini mampu mendeteksi fenomena cuaca (hujan,butir es, salju, dll) dan fenomena non-cuaca (asap, volcanic ash ,dll) setiap 10 menit dengan jangkauan wilayah yang di radius maksimal hingga 240 km, tentunya ini sangat baik untuk pemantauan potensi hujan secara real time diwilayah cakupannya, sehingga sangat berguna dalam proses pembuatan informasi peringatan dini cuaca ekstrem.

" Dengan mampu memprediksi cuaca lebih detil dan akurat maka akan menghindari kerugian pembangunan akibat Faktor Cuaca Ekstrim," Jelas Mulyono Prabowo.

Prabowo mengharapkan dengan dibangunnya radar cuaca di wilayah provinsi kalimantan barat ini dapat memberikan konstribusi positif baik bagi masyarakat di provinsi kalimantan barat, terlebih lagi bagi upaya pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menurunkan angka kemiskinan, dan meningkatkan laju investasi, serta upaya peningkatan keselamatan masyarakat secara keseluruhan

Sementara itu, Jarot mengharapkan melalui radar cuaca ini dapat mengurangi resiko dampak dari cuaca ekstrim di berbagi sektor, terutama sektor transportasi, lingkungan hidup, seperti kebakaran hutan dan lahan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024