Peran BMKG dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Pada Masa Pandemi Covid-19 di Sulawesi Tengah

  • Rozar Putratama
  • 14 Okt 2020
Peran BMKG dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Pada Masa Pandemi Covid-19 di Sulawesi Tengah

Palu - Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu (GAW Palu) mengadakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim dengan tema "Memahami Informasi Iklim Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional di Masa Pandemi Covid-19". Kegiatan Sekolah Lapang Iklim Opersional tersebut diselenggarakan selama 1 hari yaitu tanggal 14 Oktober 2020 bertempat di Aula Kantor Desa Binangga Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah dan untuk kegiatan Sekolah Lapang Iklim Operasional yang ke-2 akan diselengarakan pada tanggal 21 Oktober bertempat di Desa Lolu Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.

Kegiatan Sekolah Lapang Iklim Operasional Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 ini dibuka secara virtual oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Drs. Herizal, M.Si, dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa memahami informasi cuaca dan iklim sangatlah penting untuk mendukung ketahanan pangan dalam masa pandemi covid-19, karena nantinya para peserta akan menjadi perpanjangan tangan BMKG agar seluruh informasi yang telah diberikan dan disampaikan dapat dipahami serta dimengerti khususnya untuk para petani dan pihak-pihak terkait pada masa pandemi ini.

Kemudian dalam kesempatan berikutnya Kepala Stasiun GAW Palu, Dr. Donaldi Sukma Permana, MS menyampaikan pemaparan sesuai dengan tema Sekolah Lapang Iklim Operasional ini tentang adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi sehingga dapat mengurangi kegagalan panen dan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian khusunya padi untuk mendukung ketahanan Nasional dalam masa pandemi covid-19.

Total peserta yang mengikuti kegiatan tersebut sebanyak 30 peserta yang berasal dari kelompok tani sebanyak 18 orang, Penyuluh pertanian 9 orang, Penyuluh hama 1 orang dan 2 orang dari Universitas Tadulako dan Balai Taman Nasional Lore Lindu. Adapun materi yang diberikan dalam Sekolah Lapang Iklim Operasional ini meliputi pengenalan unsur cuaca dan iklim, serta pemahaman informasi iklim dan prakiraan iklim atau musim. Selain itu ada juga materi tentang fenomena iklim ekstrim, dan pengaruh cuaca atau iklim terhadap perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman.

Turut hadir secara langsung dalam kegiatan ini Koordinator Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Provinsi Sulawesi Tengah, Kepala Stasiun Meteorologi Klas II Mutiara Sis Al Jufri Palu, Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, Dinas Pertanian Kabupaten Sigi, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Tengah, BPBD Provinsi Sulawesi Tengah, dan BPTPH OPT Provinsi Sulawesi Tengah. Kemudian turut hadir via aplikasi video conferance Plt. Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar, Kepala Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG, Kepala Subbid Iklim Lingkungan dan Tim SLI BMKG Pusat, Kepala Stasiun Klimatologi seluruh Indonesia serta seluruh KUPT BMKG Sulawesi Tengah.

Sesuai dengan temanya, Sekolah Lapang Iklim Operasional kali ini merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk menunjang ketahanan pangan serta menjembatani peningkatan pemahaman mengenai informasi iklim bagi para petugas di lingkungan Dinas Pertainan Daerah, Penyuluh dan petani yang tersebar di seluruh Nusantara khususnya di wilayah Sulawesi Tengah khusunya dalam masa pandemi covid-19. Dalam perspektif lain, Sekolah Lapang Iklim Operasional ini menjadi wahana untuk menyesuaikan produk informasi iklim dengan kebutuhan penggunanya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024