Penyuluh Perikanan, Nelayan Tradisional dan kelompok Nelayan Belajar Iklim/Cuaca Melalui SLCN Manggarai Barat

  • Rachmat Hidayat
  • 15 Agu 2023
Penyuluh Perikanan, Nelayan Tradisional dan kelompok Nelayan Belajar Iklim/Cuaca Melalui SLCN Manggarai Barat

Labuan Bajo - Senin (14/8), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam hal ini Stasiun Meteorologi Komodo Manggarai Barat Melaksanakan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Aula Kantor Bupati Manggarai Barat. Kegiatan SLCN ini bertujuan sebagai wadah penyampaian informasi meteorologi maritim dari BMKG di daerah kepada Nelayan Perikanan Tengkap dan Budidaya melalui stakeholder terkait, penyuluh perikanan dan ketua kelompok nelayan serta para nelayan yang membutuhkan informasi cuaca maritim perikanan dan kelautan.

Turut hadir pada acara tersebut Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG yang diwakilkan oleh Sekretaris Korpri BMKG Edison Kurniawan, S.Si., M.Si, Bupati Manggarai Barat yang diwakilkan oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Laurensius Y.A. Nabu, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Manggarai Barat, Kepala BPBD Kabupaten Manggarai Barat, Komandan TNI AL Labuan Bajo, Kepala Satuan Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) Polres Manggarai Barat, Kepala Pos SAR Labuan Bajo, Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara Komodo, Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo, General Manager PT. Pelabuhan Indonesia Cabang Labuan Bajo, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Manggarai Barat, Kepala Stasiun Meteorologi David Constantijn Saudale Rote Ndao, Kepala Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega - Manggarai dan peserta SLCN Kabupaten Manggarai Barat tahun 2023 serta alumni SLCN Kupang Bapak Muhammad Mansur Dokeng. Selain itu Deputi Bidang Meteorologi Guswanto, M.Si, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo, MT dan para KUPT Stasiun Meteorologi Maritim dan Mandatori di Seluruh Indonesia juga hadir secara virtual dalam zoom meeting.

Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Manggarai Barat, Sti Nenot'ek, S.Si, M.Si., dalam pembukaan sambutannya mengatakan bahwa Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada penyuluh perikanan, nelayan tradisional dan kelompok nelayan di Kabupaten Manggarai Barat tentang cuaca dan iklim serta kemampuan antisipasi cuaca ekstrim terhadap kegiatan perikanan. Lebih lanjut, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta SLCN terhadap cuaca dan iklim maritim dalam membangun keberhasilan di sektor perikanan.

Dalam pembukaan SLCN ini, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG yang diwakilkan oleh Sekretaris Korpri BMKG Edison Kurniawan, S.Si, M.Si yang hadir pada acara tersebut juga menyampaikan bahwa kegiatan SLCN diharapkan dapat meningkatkan pemahaman Masyarakat khususnya para nelayan terhadap informasi cuaca iklim di laut sehingga dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Selain itu para peserta SLCN yang dilatih ini nantinya akan berperan sebagai "Agen BMKG" yang meneruskan dan menyebarluaskan informasi Peringatan Dini dan informasi cuaca dan iklim BMKG kepada Nelayan yang belum mengikuti kegiatan pelatihan dan belum mengetahui informasi BMKG.

Sementara Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Laurensius Y.A. Nabu yang mewakili Bupati Manggarai Barat menyampaikan rasa terimakasih kepada BMKG atas terlaksananya kegiatan ini. Pelatihan ini tentu sangat bermanfaat bagi Nelayan dalam meningkatkan produktivitas tangkapan nelayan di Manggarai barat. Selain itu juga diharapkan kegiatan SLCN ini memberikan kenyamanan bagi para Nelayan di Manggarai Barat dalam beraktivitas di laut.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG juga menyampaikan tujuan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan yaitu untuk memahami bagaimana info cuaca maritim dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk keperluan melaut yang dilakukan secara face to field atau di lapangan. Selain itu SLCN juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hasil tangkapan ikan dalam mendukung Nawacita ketahanan pangan pemerintah dan pengetahuan tentang informasi cuaca dan iklim dalam keselamatan pada saat beraktivitas di laut.

Setelah kegiatan pembukaan, dilanjutkan dengan pemberian materi dari BMKG Pusat dan Stasiun Meteorologi Maritim Tenau - Kupang terkait produk-produk informasi cuaca maritim, pengenalan alat observasi, dan cara mendapatkan informasi cuaca maritim BMKG.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024