Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Stasiun Meteorologi Tanjung Perak Surabaya dengan Unit Pelayanan Pelabuhan Telaga Biru Bangkalan

  • Hatif Thirafi
  • 11 Jul 2019
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Stasiun Meteorologi Tanjung Perak Surabaya dengan Unit Pelayanan Pelabuhan Telaga Biru Bangkalan

Surabaya - Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya dan Kantor Unit Pelayanan Pelabuhan Telaga Biru Bangkalan melaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama di Hotel Elmi, Rabu (10/7). Penandatanganan dilakukan oleh Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya Taufiq Hermawan S.T., M.T. dan Kepala Kantor Unit Pelayanan Pelabuhan Telaga Biru Bambang Sugiharti, S.IP, MM.

Perjanjian Kerja Sama dilakukan untuk memastikan pelaksanaan implementasi Undang Undang No 31 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan meteorologi dilakukan bertujuan untuk mendukung keselamatan jiwa dan harta.

Mengalir dari amanah Undang Undang dimaksud, Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya memberikan sosialisasi kepada para Stakeholder UPP Telaga Biru Bangkalan tentang betapa pentingnya informasi cuaca maritim jalur pelayaran di wilayah Pelabuhan, dimana UPP Telaga Biru Bangkalan adalah pelabuhan yang memberikan layanan penyeberangan angkutan orang dan hewan dengan tujuan Kepulauan Kangena, Kepulauan Masalembu dan Pelabuhan di Pontianak serta beberapa rute lainnya.

Sosialisasi dilaksanakan dalam dua sesi dimana sesi pertama adalah penyampaian garis besar cara membuat prakiraan informasi kemaritiman dan pada sesi kedua disampaikan bagaimana cara membaca data-data prakiraan cuaca kemaritiman yang dibuat oleh Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya.

Sebanyak 34 stakeholder pelabuhan Telaga Biru Bangkalan hadir dalam sosialisasi ini. Peserta sosialisasi sangat berantusias mendengarkan sosialisasi tersebut, banyaknya pertanyaan yang diajukan mengenai update informasi cuaca menjadi penambah semangat Stasiun Meteorologi Tanjung Perak Surabaya memberikan layanan informasi cuaca maritim yang dibutuhkan.

Kepala Kantor Pelayanan Pelabuhan Telaga Biru Bangkalan pada kesempatan tersebut juga menyatakan bahwa tujuan penandatangan Perjanjian Kerja Sama ini adalah untuk memastikan setiap kapal yang berangkat dari Pelabuhan Telaga Biru Bangkalan mendapatkan informasi prakiraan cuaca kemaritiman berupa arah dan kecapatan angin serta ketinggian gelombang dalam durasi per jam dan dalam rentang waktu 7 hari ke depan yang telah dibuat oleh Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya.

Taufiq Hermawan, ST, MT selaku Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya mengatakan pada akhir pertemuan tersebut.

"Kami akan terus berusaha meningkatkan mutu layanan kami, untuk membuat moda transportasi laut di Pelabuhan Telaga Biru Bangkalan menjadi aman dan nyaman selama melakukan pelayaran."

Harapan dari terlaksananya penandatanganan Perjanjian Kerjasama ini adalah informasi kemaritiman yang diberikan oleh Stasiun Meteorologi Tanjung Perak Surabaya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengguna jasa kemaritiman di wilayah Pelabuhan Telaga Biru Bangkalan.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024