Pemkab Tasikmalaya Rangkul BMKG Hadapi MEA

  • Petugas Web
  • 24 Feb 2016
Pemkab Tasikmalaya Rangkul BMKG Hadapi MEA

Tasikmalaya, Selasa (23/02/2016) Tahun 2016 merupakan pertama kalinya diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) oleh Pemerintahan . Tantangan demi tantangan akan dihadapi masyarakat Indnonesia terutama perihal hasil produk dalam negerinya.

Untuk menjawab tantangan tersebut maka kita sebagai masyarakat Indonesia harus bisa menjadi produsen yang bisa bersaing di kancah internasional, sehingga bukan menjadikan Bangsa Indonesia sebagai Pasar bagi para produsen dari luar negeri.

Dengan adanya persaingan bebas tersebut maka keunggulan Indonesia sebagai Negara Agraris harus dimanfaatkan secara optimal, sehingga diperlukan peningkatan sumber daya manusianya dalam mengolah lahan untuk menghasilkan panen yang berlimpah dan berkualitas.

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi perubahan iklim yang berdampak terhadap hasil panen dari pertanian, Pemkab Tasiklamalaya merangkul Sekolah Tinggi Teknologi Cipasung serta Badan Meteorlogi Klimatologi dan Geofisika untuk memberikan penyuluhan bagi para petani.

Pemkab Tasikmalaya menggandeng BMKG karena dianggap memiliki data yang valid terkait dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini, dan ke depannya. Data yang diperoleh dari BMKG nantinya bisa digunakan para petani untuk menentukan waktu tanam yang tepat. Selain itu BMKG juga dianggap memiliki kaitan yang erat dengan sektor pertanian, terutama dengan program Sekolah Lapang Iklim nya yang sukses di kancah Internasional, bahkan sampai diakui di dunia.

Mengawali kerjasamanya dalam bidang pertanian itu, Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya,M.Eng menjadi narasumber dalam kegiatan seminar yang diadakan di Pendopo Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dengan tema ``Strategi Pemberdayan Petani dalam Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing dengan Memanfaatkan Informasi Iklim dan Cuaca (Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean ).

Paparan yang disampaikan Kepala BMKG kepada para penyuluh pertanian Kabupaten Tasikmalaya perihal Pemanfaatan Informasi Iklim dan Mitigasi Bencana Untuk Meningkatkan Produktivitas Pertanian. Dr. Andi Eka Sakya memaparkan mulai dari perubahan dan variabilitasnya serta Sekolah Lapang Iklim di Indonesia yang diselenggarakan BMKG.

Di sela kegiatan seminar ini, diadakan penandatanganan nota kerjasama antara STT Cipasung-Pemkab Tasikmalaya-BMKG yang ditandatangani oleh Drs.H.Abdul Chobir, MT (STT CIpasung), Dr. Mohammad Zein, M.Pd (Ka. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Tasikmalaya) dan Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng (Kepala BMKG).

Selesai paparan dari Kepala BMKG, kegiatan seminar dilanjutkan diskusi panel dengan narasumber dari BMKG Dedy Sucahyono, M.Si (Kepala Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor) yang memaparkan lebih detil tentang Peran SLI dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024