Pembukaan Hari Meteorologi Dunia Ke-67

  • Rozar Putratama
  • 07 Mar 2017
Pembukaan Hari Meteorologi Dunia Ke-67

Jakarta, Hari Meteorologi Dunia (HMD) Ke-67 yang jatuh pada 23 Maret dibuka dengan kegiatan talkshow yang dihadiri para pejabat dan staf di lingkungan BMKG di Gedung Auditorium BMKG. HMD kali ini mengusung tema "bersahabat dengan cuaca untuk siaga bencana" (7/3/2017).

Pada kesempatan itu, Sekretaris Utama Dr. Widada Sulitya, DEA dalam sambutannya mengutip data dari BNPB Tahun 2016 bahwa kejadian bencana sebanyak 91% adalah bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi tersebut tidak dapat dicegah namun dapat diminimalisir korban jiwa dan kerugian harta benda dengan memahami informasi cuaca dan iklim. Kemudian beliau menyapaikan kepada stake holder yang hadir sebagai narasumber dari Kementerian Pertanian, Pilot, Pelaut, dan media untuk memberikan masukan, apakah informasi yang diberikan BMKG selama ini sudah memadai atau belum?

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Sri Puji Rahayu Edy menyampaiakan bahwa sektor pertanian sangat membutuhkan informasi cuaca dan iklim dari BMKG, seperti prediksi El-Nino dan La-Nina. Informasi dini ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyuluhan kepada para petani untuk memilih bibit tanaman yang sesuai dengan kondisi cuaca dan iklim tersebut. Hasil pertanian yang baik ini kemudian dapat mewujudkan program ketahanan pangan nasional.

Executive Advisor Asosiasi Pilot Garuda Indonesia, Capt. Shadrach Maruasas Nababan menyampaikan bahwa kebutuhan informasi cuaca bagi para pilot dimulai dari take off hingga landing. Informasi cuaca yang cepat dan akurat dari BMKG dapat membantu pilot dalam mengambil keputusan, terutama pada saat landing. Beliau berharap, adanya informasi ketinggian air genangan akibat hujan pada landasan pacu bandara untuk menghindari pesawat tergelincir saat mendarat.

Presiden Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI), Capt. Hasudungan Tambunan, M.Mar menyampaiakan hal yang senada, bahwa informasi cuaca dari BMKG sangat dibutuhkan bagi para pelaut. Sedangkan, Senior Vice Editor in Chief TV One, Toto Suryanto memberikan masukan agar informasi yang disampaikan BMKG melalui media dapat dikemas agar terlihat "Sexy" untuk menarik perhatian penonton. Informasi dikemas dalam bentuk desain atau animasi sehingga informasi yang penting dari BMKG menjadi semakin penting.

Ketua Panitia Dr. Urip Haryoko, M.Si menyampaikan rangkaian acara HMD Ke-67 yang dimulai pada 6 hingga 30 Maret 2017 berupa worshop, talkshow, seminar dan aneka lomba. Sedikitnya 200 orang hadir dalam acar talkshow yang dimeriahkan oleh Hibran Dunar, Bayu Oktara, Uli Herdiansyah yang dikenal sebagai pembawa acara atau MC di televisi.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024