Panen Raya SLI Tahap 3 Provinsi NTB Tahun 2017

  • Ayu Isrianti Putri
  • 13 Jul 2017
Panen Raya SLI Tahap 3 Provinsi NTB Tahun 2017

Selasa, (12/7/2017) - Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat menggelar acara Panen Raya Sekolah Lapang Iklim di Desa Kotaraja, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Panen Raya ini merupakan acara puncak sekaligus acara penutup dari kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tahap 3 yang telah diadakan selama satu musim tanam sejak bulan April hingga Juli.

Sekolah Lapang Iklim ini merupakan program dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang bertujuan untuk menjembatani pemahaman informasi iklim bagi petugas pertanian, penyuluh, dan petani yang tersebar di seluruh Indonesia. SLI dilaksanakan untuk mendukung Inpres Nomer 5 Tahun 2011 tentang pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim.

SLI kali ini langsung ditujukan kepada para petani. Dimana pesertanya adalah 25 orang petani yang berasal dari 15 Kelompok Tani yang berada di Kecamatan Sikur. Konsep pembelajarannya menggunakan konsep pembelajaran orang dewasa, dimana peserta lebih banyak melakukan pengamatan agroekosistem di lahan penelitian, serta berdiskusi dengan dipandu oleh petugas dari BMKG dan penyuluh pertanian setempat. Sebelum pembelajaran SLI dimulai, terlebih dahulu dilakukan pre test untuk mengetahui pemahaman awal peserta terkait informasi iklim dengan hasil 43%. Setelah melalui 12 pertemuan terlihat adanya peningkatan pemahaman informasi iklim yang cukup signifikan, terlihat dari nilai post test sebesar 75%. Sementara itu hasil ubinan menunjukan hasil produksi yang sangat baik yaitu 9.29 ton/ha. Melebihi rata - rata hasil produksi Desa Kotaraja sebesar 6.2 ton/ha, kecamtan Sikur ton/ha, dan rata - rata produksi Kabupaten Lombok Timur 5.7 ton/ha.

Acara Panen Raya sekaligus penutupan SLI Tahap 3 ini dihadiri oleh Wakil Bupati Lombok Timur, Drs. H. Haerul Warisin, M.Si, dan juga Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc yang sekaligus menutup secara langsung kegiatan SLI ini. Dalam sambutannya, Deputi Bidang Klimatologi mengatakan, informasi iklim yang dikeluarkan oleh BMKG akan lebih bermanfaat jika dapat dimanfaatkan oleh penggunanya. "SLI ini perlu dilakukan untuk mengamati kondisi iklim dalam melaksanakan kegiatan pertaniannya, tentunya dengan menerapkan ilmu yang didapatkan dalam peningkatan produktivitas pertaniannya," jelasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Lotim, Drs. H. Haerul Warisin M.Si, menyebut jika kondisi iklim sangat penting untuk dipelajari dan diketahui oleh para petani untuk kemajuan pertanian di Kabupaten Lombok Timur. Oleh karenanya Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sangat mengapesiasi SLI yang diadakan oleh BMKG ini dan harapannya bias dikembangan untuk dilakukan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024